Kontribusi K-Pop ke PDB Korea Selatan dari Album hingga Konser Bisa Sumbang Triliunan, Ini Riciannya
_-_2025-06-20T153419.102.webp)
POTRET - Konser NCT DREAM di Seoul dan store album K-Pop di Myeongdong/ Foto: Kolase by AVNMEDIA.ID
Karakter BT21 menjadi contoh sukses merchandise hasil kolaborasi, dijual lewat beragam produk seperti boneka, tas, dan kosmetik melalui mitra seperti Olive Young dan Dunkin Donuts, terbatas di Korea namun populer di mancanegara.
Namun, karena produksi CD K-pop yang masif demi photocard juga menuai kritik karena limbah plastik mencapai sekitar 800 ton pada 2022.
5. Pariwisata & Soft Power
Gelombang Hallyu termasuk K-pop dan K‑Drama telah menjadi pendorong utama kunjungan wisatawan ke Korea Selatan.
Antara 2020 dan 2023, jumlah wisatawan “fan tourists” yang datang karena Hallyu melesat dari sekitar 63.000 menjadi 1,765 juta, dengan total pendapatan sektor ini mencapai USD 2,42 miliar hanya pada 2023 atau setara dengan sekitar Rp 36,3 triliun.
Jika memperhitungkan belanja luas seperti kuliner, kosmetik, dan belanja suvenir, nilai ekonomi dari wisata Hallyu mencapai USD 8,9 miliar jika di rupiahkan setara dengan 133,5 triliun.
Survei resmi Korea Tourism Organization pada 2019 juga menemukan rata‑rata pengeluaran Hallyu tourist mencapai USD 1.007 per kunjungan, atau sekitar Rp 15,1 juta, dan sekitar 7,4 % dari total wisatawan asing hadir karena budaya Korea Selatan seperti K-pop.
Secara keseluruhan, total kunjungan wisatawan internasional yang berkunjung ke Korea Selatan meningkat dari 5,3 juta pada 2000 menjadi lebih dari 11 juta pada 2023, dengan K-pop menjadi faktor utama kenaikan kini lebih dari 30%.
Melalui festival, pusat budaya, serta strategi konten yang menekankan elemen tradisional dan modern (misalnya video Feel the Rhythm of Korea), Korea Selatan secara sistematis meningkatkan citra globalnya K-pop.
6. Endorsement & Kolaborasi Merek
Idola K-pop kini menjadi wajah sekaligus kekuatan promosi bagi merek global, bukan sekadar hiburan.
Brand seperti Dior, Chanel, Louis Vuitton, Saint Laurent, Prada, dan Gucci secara aktif menunjuk idola K-pop sebagai brand ambassador.
Misalnya, Jisoo dari BLACKPINK meningkatkan earned media value (EMV) Dior hingga ±USD 227 juta sekitar Rp 3,7 triliun di awal 2025, dan sempat mencetak EMV USD 22,4 juta atau sekitar Rp 336 miliar, hanya dalam satu Paris Fashion Week Spring/Summer 2023.
Tak kalah, Rose menghasilkan hampir Rp 1 triliun EMV untuk Saint Laurent, dan grup seperti EXO Kai juga diandalkan oleh Gucci, mencapai EMV sekitar Rp 150 miliar dari satu kampanye.
Strategi ini efektif menaikkan brand visibility: menurut Reuters, lebih dari 30 idola K-pop kini menjadi ambassador luxury brand, dan kampanye mereka mampu menghasilkan buzz media bahkan lebih kuat daripada influencer barat.
Vogue Business menyoroti fenomena ini, Valentino, Dior, Prada, dan brand lainnya kini mengandalkan kehadiran grup seperti Enhypen dan BTS di fashion week untuk menarik perhatian global.
Hal ini juga terintegrasi dengan kampanye pariwisata misalnya Louis Vuitton menampilkan show di Seoul bersama K-pop untuk mendukung “Visit Korea Year 2023–2024”.
Tak hanya merek mewah global, idola K-pop juga menjadi jembatan promosi bagi produk-produk lokal Korea Selatan seperti Samsung, LG, Lotte, dan Hyundai yang mendorong peningkatan penjualan di pasar internasional. (naf)