Kontribusi K-Pop ke PDB Korea Selatan dari Album hingga Konser Bisa Sumbang Triliunan, Ini Riciannya
_-_2025-06-20T153419.102.webp)
POTRET - Konser NCT DREAM di Seoul dan store album K-Pop di Myeongdong/ Foto: Kolase by AVNMEDIA.ID
AVNMEDIA.ID - Dalam beberapa tahun ini, industri K-pop tidak hanya menjadi fenomena budaya global, tetapi juga mencatatkan kontribusi signifikan terhadap perekonomian Korea Selatan.
Popularitas grup K-pop seperti BTS, BLACKPINK, hingga NewJeans tidak hanya mendatangkan keuntungan di sektor hiburan, tetapi juga mendorong peningkatan ekspor konten budaya, pariwisata, hingga konsumsi produk Korea Selatan secara global.
Pemerintah Korea Selatan bahkan menjadikan industri K-pop ini sebagai salah satu pilar soft power nasional, dengan nilai ekonomi yang tidak bisa dianggap remeh.
Kontribusi tersebut terekam dalam berbagai laporan resmi, termasuk dari Bank of Korea dan Hyundai Research Institute, yang mencatat bahwa industri K-pop menyumbang triliunan won terhadap Produk Domestik Bruto atau PDB Korea Selatan setiap tahunnya.
Berikut adalah beberapa sektor utama yang menunjukkan bagaimana industri K-pop menyumbang secara nyata terhadap PDB Korea Selatan.
1.Penjualan Global & Ekspor Album
Selama beberapa tahun terakhir, ekspor album K-pop mencatatkan rekor, menjadi komoditas budaya penting bagi ekonomi Korea Selatan.
Menurut data resmi dari Korea Customs Service, pada 2022 nilai ekspor album K-pop mencapai USD 233,1 juta, naik sekitar 5,6 % dari tahun sebelumnya atau setara dengan Rp 3,5 triliun.
Kemudian, pada 2023 (periode Januari–Oktober), nilai ekspor melonjak ke USD 243,8 juta, tumbuh 20,3 % dan melampaui total tahun sebelumnya, atau setara dengan Rp 3,65 triliun.
Sementara itu, data 2024 menunjukkan ekspor fisik album K-pop mencapai USD 291,8 juta, naik tipis 0,55 % dari tahun sebelumnya atau jika dirupiahkan setara dengan Rp 4,37 triliun.
Pasar utama ekspor adalah Jepang (36,5 %), Amerika Serikat, dan China, dengan permintaan yang terus berkembang terutama di AS (+67 % pada tahun 2024).
Ini menunjukkan stabilitas dan pertumbuhan sektor ekspor musik K-pop yang menjadi kontribusi nyata terhadap PDB Korea Selatan melalui pendapatan devisa dan penyerapan industri produksi.
2. Konser & Acara
Tur dan konser global K-pop memberikan kontribusi ekonomi besar melalui penjualan tiket dan efek riil terhadap ekonomi lokal.
Sebagai contoh, BLACKPINK mencetak pendapatan kotor lebih dari USD 260 juta dari 56 dari 66 konser tur Born Pink yang diadakan antara Oktober 2022 dan September 2023, dengan total 1,48 juta tiket terjual.
Tur ini juga menghasilkan USD 148,3 juta dari 29 pertunjukan yang dilaporkan ke Billboard pada 2023, atau setara dengan sekitar Rp 2,22 triliun, menjadikannya salah satu dari 10 tur teratas dunia.
Tur-tur K-pop ini tak hanya mendatangkan pendapatan bagi agensi, tapi juga mendongkrak sektor perjalanan, perhotelan, dan layanan di kota-kota tuan rumah.
Selain itu, artis lain seperti Suga, member BTS, melalui Agust D Tour memperoleh USD 57 juta dari sekitar 320.000 penonton selama tur di Amerika Serikat dan Asia, atau setara dengan Rp 855 miliar.
Data dari Pollstar juga menunjukkan naiknya peringkat tur K‑Pop dalam daftar global, dengan BLACKPINK, Suga, TWICE, SEVENTEEN, dan ENHYPEN masuk ke peringkat 34 hingga 271 dalam chart tur dunia 2023.
Secara keseluruhan, konser dan acara K-pop menyumbang ratusan juta hingga miliaran dolar per tahun kontribusi nyata pada PDB Korea Selatan melalui devisa, pajak, serta dampak ekonomi lokal.
3. Kontribusi Musik & Streaming
Peran streaming dalam ekonomi K-pop semakin besar.
Data dari IFPI menunjukkan total pendapatan global dari musik rekaman K-Pop mencapai USD 29,6 miliar pada 2024, dengan streaming menyumbang 69 %, atau lebih dari USD 20 miliar setara masing-masing dengan sekitar Rp 444 triliun dan Rp 300 triliun.
Teknologi lokal juga tunjukkan pertumbuhan signifikan, menurut Korea Music Copyright Association dan EY Han Young, pasar musik digital Korea Selatan tumbuh dari USD 700 juta pada 2019 menjadi USD 1,32 miliar pada 2023, atau setara dengan kenaikan dari sekitar Rp 10,5 triliun menjadi Rp 19,8 triliun.
Bagi agensi besar K-Pop seperti HYBE, berbagai lini yang mencakup musik rekaman dan streaming mendatangkan pendapatan tinggi.
Pendapatan dari bisnis musik rekaman meningkat dari USD 427 juta pada 2022 menjadi USD 742 juta pada 2023, atau setara dengan kenaikan dari sekitar Rp 6,4 triliun menjadi Rp 11,1 triliun.
Streaming internasional juga ikut tumbuh, HYBE, misalnya, mencatat pendapatan sebesar 126 miliar KRW (sekitar USD 93 juta) dari platform luar negeri pada 2024, naik dari 107 miliar KRW pada tahun sebelumnya, atau setara dengan kenaikan dari sekitar Rp 1,6 triliun menjadi Rp 1,95 triliun.
Platform seperti Spotify mencatat pendapatan streaming untuk artis Korea Selatan mencapai KRW 180 miliar sekitar USD 138 juta) pada 2023, atau setara dengan sekitar Rp 2,07 triliun meningkat tiga kali lipat sejak 2019.
Selain itu, data YONHAP/KCTI mencatat kontribusi streaming menyumbang sekitar 21 % dari total pendapatan ekspor K-Pop, yaitu USD 260 juta dari total USD 1,24 miliar pada 2023, atau setara dengan sekitar Rp 3,9 triliun dari Rp 18,6 triliun.
Selain nilai ekonominya, streaming memungkinkan distribusi global cepat top 10 negara pendengar K‑Pop termasuk AS, Indonesia, Filipina, dan Jepang.
Meskipun platform meraih share besar (hingga 83 %), bagi kreator, streaming tetap menjadi sumber pendapatan utama dan senjata distribusi utama K-pop di era digital.
4. Industri Turunan & Merchandise
Ekosistem merchandise K-pop berkembang pesat dan menyumbang kontribusi ekonomi yang signifikan.
Pada platform perdagangan barang bekas Global Bunjang Korea Selatan, kategori merchandise K-pop mendominasi transaksi menyumbang 69% dari total dan mengalami peningkatan nilai transaksi 63% sepanjang 2024.
Pada 2023 saja, nilai perdagangan barang resmi di Bunjang mencapai sekitar USD 52 juta, naik 20% dibanding tahun sebelumnya dan jika dirupiahkan setara dengan Rp 780 miliar.
Selain itu, ekspor album fisik K-pop yang termasuk photocard dan merchandise pendukung menyentuh USD 291,8 juta sepanjang 2024 atau Rp 4,37 triliun, mencerminkan permintaan global yang kuat.
Karakter BT21 menjadi contoh sukses merchandise hasil kolaborasi, dijual lewat beragam produk seperti boneka, tas, dan kosmetik melalui mitra seperti Olive Young dan Dunkin Donuts, terbatas di Korea namun populer di mancanegara.
Namun, karena produksi CD K-pop yang masif demi photocard juga menuai kritik karena limbah plastik mencapai sekitar 800 ton pada 2022.
5. Pariwisata & Soft Power
Gelombang Hallyu termasuk K-pop dan K‑Drama telah menjadi pendorong utama kunjungan wisatawan ke Korea Selatan.
Antara 2020 dan 2023, jumlah wisatawan “fan tourists” yang datang karena Hallyu melesat dari sekitar 63.000 menjadi 1,765 juta, dengan total pendapatan sektor ini mencapai USD 2,42 miliar hanya pada 2023 atau setara dengan sekitar Rp 36,3 triliun.
Jika memperhitungkan belanja luas seperti kuliner, kosmetik, dan belanja suvenir, nilai ekonomi dari wisata Hallyu mencapai USD 8,9 miliar jika di rupiahkan setara dengan 133,5 triliun.
Survei resmi Korea Tourism Organization pada 2019 juga menemukan rata‑rata pengeluaran Hallyu tourist mencapai USD 1.007 per kunjungan, atau sekitar Rp 15,1 juta, dan sekitar 7,4 % dari total wisatawan asing hadir karena budaya Korea Selatan seperti K-pop.
Secara keseluruhan, total kunjungan wisatawan internasional yang berkunjung ke Korea Selatan meningkat dari 5,3 juta pada 2000 menjadi lebih dari 11 juta pada 2023, dengan K-pop menjadi faktor utama kenaikan kini lebih dari 30%.
Melalui festival, pusat budaya, serta strategi konten yang menekankan elemen tradisional dan modern (misalnya video Feel the Rhythm of Korea), Korea Selatan secara sistematis meningkatkan citra globalnya K-pop.
6. Endorsement & Kolaborasi Merek
Idola K-pop kini menjadi wajah sekaligus kekuatan promosi bagi merek global, bukan sekadar hiburan.
Brand seperti Dior, Chanel, Louis Vuitton, Saint Laurent, Prada, dan Gucci secara aktif menunjuk idola K-pop sebagai brand ambassador.
Misalnya, Jisoo dari BLACKPINK meningkatkan earned media value (EMV) Dior hingga ±USD 227 juta sekitar Rp 3,7 triliun di awal 2025, dan sempat mencetak EMV USD 22,4 juta atau sekitar Rp 336 miliar, hanya dalam satu Paris Fashion Week Spring/Summer 2023.
Tak kalah, Rose menghasilkan hampir Rp 1 triliun EMV untuk Saint Laurent, dan grup seperti EXO Kai juga diandalkan oleh Gucci, mencapai EMV sekitar Rp 150 miliar dari satu kampanye.
Strategi ini efektif menaikkan brand visibility: menurut Reuters, lebih dari 30 idola K-pop kini menjadi ambassador luxury brand, dan kampanye mereka mampu menghasilkan buzz media bahkan lebih kuat daripada influencer barat.
Vogue Business menyoroti fenomena ini, Valentino, Dior, Prada, dan brand lainnya kini mengandalkan kehadiran grup seperti Enhypen dan BTS di fashion week untuk menarik perhatian global.
Hal ini juga terintegrasi dengan kampanye pariwisata misalnya Louis Vuitton menampilkan show di Seoul bersama K-pop untuk mendukung “Visit Korea Year 2023–2024”.
Tak hanya merek mewah global, idola K-pop juga menjadi jembatan promosi bagi produk-produk lokal Korea Selatan seperti Samsung, LG, Lotte, dan Hyundai yang mendorong peningkatan penjualan di pasar internasional. (naf)