Film-Film Aksi Indonesia Diangkat dari Kisah Nyata, Ada Soal Tragedi Bom di Samarinda

FILM - Beberapa poster film aksi Indonesia dari kisah nyata (Kolase: AVN Media)
4. Di Balik 98 (2015)

Judul film Di Balik 98 terdengar gagah, nyaris seperti pengungkapan kebenaran dari tragedi Mei 1998, salah satu titik kelam dalam sejarah Indonesia yang masih menyisakan tanda tanya besar.
Namun, sang sutradara Lukman Sardi justru menegaskan bahwa film Di Balik 98 ini bukanlah upaya untuk membedah fakta sejarah secara gamblang.
“Film ini bukan tentang membongkar peristiwa ’98. Bukan kapasitas saya untuk itu. Ini film tentang cinta, tentang keluarga,” ujar Lukman Sardi saat konferensi pers di Djakarta Theater (7/1/2015).
Sebagai debut penyutradaraannya, film Di Balik 98 mengangkat kisah fiksi yang berakar pada latar nyata gejolak reformasi.
Alur film ini terbagi menjadi beberapa cabang cerita.
Salah satunya adalah Diana (diperankan Chelsea Islan), mahasiswi Trisakti yang idealis dan vokal dalam demonstrasi, meski hal tersebut menimbulkan konflik dalam keluarganya.
Ada pula kisah seorang ayah polos (Teuku Rifnu Wikana), manusia gerobak yang berjuang membesarkan anaknya di kerasnya Jakarta.
Seluruh karakter dihubungkan oleh satu benang merah, riuhnya peristiwa Mei 1998.
Sebagai film berlatar peristiwa besar bangsa, tentu tak semua tokoh berasal dari fiksi.
Beberapa sosok nyata turut dihadirkan, termasuk Presiden Soeharto.
Diperankan oleh Amoroso Katamsi, Lukman Sardi mencoba menyuguhkan sisi manusiawi dari sang penguasa di ujung masa jabatannya.
Sosok Soeharto digambarkan melankolis, diam, penuh kontemplasi, memandang foto keluarga, menatap jendela dengan sorot mata kosong, seolah tahu akhir kekuasaannya sudah dekat.
Lukman mengakui bahwa adegan-adegan ini adalah hasil interpretasi kreatifnya sebagai sutradara.
Meski Lukman menekankan bahwa film Di Balik 98 ini adalah drama keluarga berlatar sejarah, beberapa adegan politik tetap ditampilkan secara mencolok, seperti saat Jenderal Wiranto mengumpulkan jajaran TNI, atau Harmoko yang bersiap menggelar konferensi pers mendesak Soeharto untuk mundur.
Menurut Lukman, elemen-elemen itu diperlukan untuk menguatkan atmosfer dan kedalaman karakter dalam cerita.
Untuk membangun akurasi dan kredibilitas, Lukman merujuk pada sumber yang bisa dipertanggungjawabkan, termasuk buku Detik-Detik yang Menentukan karya B.J. Habibie.
Produser film Di Balik 98, Affandi Abdul Rachman, menambahkan bahwa proses riset melibatkan diskusi dengan sejumlah tokoh politik era tersebut.
Fokus mereka bukan pada kontroversi atau detail yang masih diperdebatkan, melainkan pada sisi-sisi manusiawi dari reformasi itu sendiri.
“Kami ingin menampilkan emosi yang nyata dari masa itu, bukan sekadar kronologi peristiwa,” kata Affandi.
Namun, niat Lukman dan Affandi untuk mengajak penonton menyelami sisi emosional reformasi tak lantas membuat film Di Balik 98 ini bebas dari kontroversi.
Bahkan sebelum tayang, film Di Balik 98 sudah menuai kritik.
Adian Napitupulu, mantan aktivis 1998 sekaligus anggota DPR RI dari PDI Perjuangan, sempat meragukan independensi film Di Balik 98 ini.
Dalam pernyataan tertulisnya, ia menyebut kabar bahwa Wiranto ikut terlibat dalam pendanaan film Di Balik 98 dan berharap karya ini tidak menjadi sarana “memutihkan” sejarah.
Menanggapi isu itu, Lukman dengan tegas membantah keterlibatan Wiranto dan meminta semua pihak untuk menonton film Di Balik 98 terlebih dahulu sebelum menjatuhkan penilaian.
Ia menegaskan bahwa film Di Balik 98 ini bukan tentang pembenaran sejarah, melainkan tentang pengalaman batin para tokohnya. (apr)