Film-Film Aksi Indonesia Diangkat dari Kisah Nyata, Ada Soal Tragedi Bom di Samarinda

FILM - Beberapa poster film aksi Indonesia dari kisah nyata (Kolase: AVN Media)
Sayap-Sayap Patah dan Sayap-Sayap Patah 2: Olivia diangkat dari peristiwa nyata yang mengguncang Indonesia.
Tak kalah menyayat hati, film Sayap-Sayap Patah 2: Olivia ini juga didasarkan pada kisah nyata, yakni tragedi bom yang mengguncang Gereja Oikumene di Samarinda pada tahun 2016.
Ledakan bom tersebut melukai lima orang, empat di antaranya mengalami luka bakar serius, termasuk seorang balita bernama Intan Olivia yang akhirnya menghembuskan napas terakhirnya setelah dirawat di rumah sakit.
Nama “Olivia” dalam film Sayap-Sayap Patah 2: Olivia diambil untuk mengenang sang korban kecil yang menjadi simbol kepedihan sekaligus harapan.
Denny Siregar, sang produser, mengungkapkan bahwa Sayap-Sayap Patah dibuat sebagai trilogi.
Ia ingin mengajak publik melihat bagaimana jaringan terorisme bukan hanya serangkaian peristiwa, tapi sebuah lingkaran gelap yang saling berkaitan dan berdampak pada banyak jiwa tak bersalah.
Sekuel Sayap-Sayap Patah 2: Olivia ini bukan hanya kisah tentang kehilangan dan luka, tapi juga tentang keberanian untuk bertahan, bangkit, dan menjaga nyala harapan di tengah reruntuhan.
3. 13 Bom di Jakarta (2023)

13 Bom di Jakarta bukan sekadar film aksi biasa.
Diangkat dari kisah nyata yang menggemparkan publik, film 13 Bom di Jakarta menghadirkan ketegangan luar biasa dengan narasi yang menggambarkan betapa rentannya keamanan sebuah kota di tengah ancaman teror.
Film 13 Bom di Jakarta ini menceritakan tentang Jakarta yang berada di ambang kekacauan akibat teror bom berantai.
Setiap delapan jam, ledakan mengguncang kota, dipicu oleh aksi Arok, pimpinan kelompok teroris misterius yang menuntut tebusan fantastis senilai miliaran rupiah dalam bentuk Bitcoin.
Bila tuntutannya tak dipenuhi, maka lebih banyak nyawa akan melayang.
Dalam upaya menghentikan teror tersebut, agen-agen intelijen terjun ke lapangan, termasuk dua tokoh sentral, Oscar dan William.
Namun, penyelidikan mereka tak semudah yang dibayangkan, kecurigaan terhadap penyusup dalam tim membuat misi semakin pelik.
Dengan alur penuh intrik dan ketegangan, film 13 Bom di Jakarta ini sukses mengaduk emosi sekaligus memicu adrenalin.
Disutradarai dengan cermat dan diperkuat oleh deretan aktor papan atas, film 13 Bom di Jakarta menawarkan pengalaman sinematik yang intens dan tak terlupakan.
Film 13 Bom di Jakarta didasarkan pada insiden nyata pengeboman di Mall Alam Sutera pada tahun 2015, di mana pelaku teror mengirimkan ancaman melalui dunia maya dan menuntut tebusan dalam bentuk kripto, menjadikannya sebagai salah satu kasus pertama di Indonesia dengan motif ekonomi dan jejak digital yang canggih.
Irjen Pol A. Rachmad Wibowo, yang saat itu menjabat sebagai Kasubdit IT/Cybercrime Bareskrim Polri, memberikan testimoni langsung tentang peristiwa tersebut.
Ia mengungkapkan bagaimana tim elit yang dipimpin oleh tokoh-tokoh penting kepolisian, seperti Komjen Pol Martinus Hukom, Irjen Pol Khrisna Murti, dan lainnya berupaya membongkar identitas pelaku, yang ternyata adalah seorang pegawai outsourcing dengan kemampuan IT tinggi.
Ia bahkan menggunakan dark web untuk memperoleh bom dan alat-alatnya, serta mengaburkan jejaknya secara digital.
Menariknya, film 13 Bom di Jakarta ini juga menampilkan kerja sama dengan tokoh nyata, seperti Oscar Darmawan, CEO Indodax, yang membantu pelacakan aliran dana kripto sang pelaku.
Rachmad memberikan apresiasi tinggi terhadap film 13 Bom di Jakarta, menyebutnya sebagai karya yang tak hanya memukau dari sisi aksi, tapi juga penting secara edukatif.
Menurutnya, film 13 Bom di Jakarta berhasil menyampaikan pesan kuat tentang bahaya penyalahgunaan teknologi dan pentingnya kewaspadaan terhadap ancaman digital di era modern.
Ia juga berharap film-film bertema keamanan digital dan terorisme semacam ini terus diproduksi demi meningkatkan kesadaran masyarakat.
Dengan paduan antara fakta, aksi menegangkan, dan isu aktual, film 13 Bom di Jakarta menjadi bukan hanya tontonan yang memikat, tetapi juga peringatan penting tentang betapa nyatanya ancaman dunia maya terhadap keamanan publik.