Deretan Tragedi Kelam di Balik Euforia Sepak Bola Indonesia, Kanjuruhan hingga Tragedi Haringga Sirla

POTRET - Tragedi Kanjuruhan (Foto: IST)
4. Penjaga Gawang Persela Tak Tertolong Usai Benturan Keras Sesama Pemain
Pada 15 Oktober 2017, dunia sepak bola Indonesia berduka atas meninggalnya Choirul Huda, kiper legendaris Persela Lamongan, dalam pertandingan Liga 1 melawan Semen Padang di Stadion Surajaya, Lamongan.
Pada menit ke-44, Choirul Huda mengalami benturan keras dengan rekan setimnya, Ramon Rodrigues, saat mencoba mengamankan bola dari serangan lawan.
Benturan tersebut mengenai dada dan rahang bawah Choirul Huda, menyebabkan trauma serius yang mengakibatkan henti napas dan henti jantung.
Meskipun sempat dilarikan ke RSUD dr. Soegiri Lamongan dan mendapatkan penanganan medis, nyawanya tidak tertolong dan Choirul Huda dinyatakan meninggal dunia pada pukul 17.15 WIB.
5. Sepak Bola Gajah 1988
Sepak bola gajah adalah istilah yang digunakan di Indonesia untuk menggambarkan praktik pengaturan skor secara sengaja oleh tim-tim sepak bola demi keuntungan tertentu, biasanya untuk memengaruhi posisi klasemen, menghindari lawan kuat, atau menguntungkan tim lain.
Istilah sepak bola gajah ini mencuat dan menjadi sangat terkenal setelah insiden pada tahun 1988.
Pada 21 Febuari 1988, pertandingan antara Persebaya Surabaya dan Persipura Jayapura di Stadion Gelora 10 November, Surabaya, berakhir dengan skor mencengangkan: 0-12 untuk kemenangan Persipura.
Namun, kekalahan telak tersebut bukanlah akibat dari ketidakmampuan Persebaya, melainkan karena keputusan strategis yang disengaja.
Manajer Persebaya saat itu, Agil H. Ali, menginstruksikan para pemain untuk mengalah dalam pertandingan tersebut.
Keputusan ini diambil dengan alasan kemanusiaan, yaitu untuk menjaga moral masyarakat Papua setelah tim Perseman Manokwari sebelumnya tersingkir dari kompetisi.
Selain itu, ada spekulasi bahwa Persebaya sengaja mengalah untuk menyingkirkan rival bebuyutan mereka, PSIS Semarang, dari persaingan menuju babak 6 besar.
Tindakan tersebut menimbulkan kecaman luas dari publik sepak bola Indonesia, terutama dari suporter PSIS Semarang yang merasa dirugikan. (fun/cin)