10 Band Ngetop Tolak Israel di Kampanye No Music for Genocide
Gerakan Musisi Dunia Boikot Israel Lewat Musik

Lebih dari 400 musisi dan label meluncurkan boikot budaya melawan apartheid, penjajahan, dan genosida terhadap rakyat Palestina/ X @officialnmfg
King Krule, penyanyi dan penulis lagu asal Inggris, dikenal dengan musik indie yang gelap dan penuh emosi. Ia juga salah satu musisi yang menandatangani dukungan dalam kampanye No Music for Genocide.
Bagi King Krule, keikutsertaan ini merupakan bentuk konsistensi. Ia kerap dianggap sebagai musisi yang peka terhadap isu sosial, dan sikapnya terhadap Palestina mempertegas reputasi itu.
Langkah King Krule juga menunjukkan bahwa artis muda dari genre alternatif tidak ragu mengambil sikap politik yang jelas. Dengan basis penggemar loyal, pesan boikot ini cepat menyebar lewat komunitas musik indie global.
Banyak fans menilai bahwa keputusan King Krule memperlihatkan sisi lain dari artis muda yang tidak hanya fokus pada karier, tetapi juga peduli dengan penderitaan manusia.
8. Yaeji
Yaeji, produser dan DJ asal Korea-Amerika, ikut serta dalam kampanye ini.
Ia dikenal dengan musik elektronik yang memadukan bahasa Inggris dan Korea, serta kerap membawa isu identitas dalam karyanya.
Dengan bergabung di No Music for Genocide, Yaeji menunjukkan keberpihakan pada isu kemanusiaan yang melampaui batas negara. Ia menegaskan bahwa musisi Asia juga harus bersuara dalam konflik global.
Langkah Yaeji sangat berpengaruh karena ia punya penggemar besar di komunitas musik elektronik internasional.
9. Amyl and The Sniffers
Amyl and The Sniffers, band punk asal Australia, ikut dalam daftar band ngetop yang mendukung kampanye No Music for Genocide.
Band ini dikenal dengan energi liar dan lirik yang blak-blakan.
Punk selalu identik dengan perlawanan, dan keputusan mereka untuk memboikot Israel terasa sejalan dengan akar musik mereka. Bagi Amyl and The Sniffers, musik adalah bentuk protes, sehingga diam di tengah konflik Palestina–Israel bukanlah pilihan.
10. Faye Webster
Faye Webster, penyanyi asal Atlanta, Amerika Serikat, menambah daftar artis besar yang bergabung dalam kampanye boikot.
Dengan gaya musik folk-pop yang lembut, Webster dikenal dengan lagu-lagu penuh kejujuran emosional.
Keputusannya bergabung dalam No Music for Genocide menunjukkan bahwa sikap politik tidak hanya datang dari musisi yang keras atau penuh teriakan, tetapi juga dari artis dengan suara lembut. Webster menilai bahwa setiap musisi, apapun genrenya, punya tanggung jawab untuk bersuara.
Dampak No Music for Genocide
Aksi boikot ini memberi tekanan moral dan simbolis bagi industri musik internasional.
Dengan dukungan ratusan musisi, termasuk band-band besar dunia, kampanye ini mempertegas posisi seniman dalam isu politik dan kemanusiaan.
Selain itu, langkah ini diharapkan mendorong label besar serta platform streaming global untuk mempertimbangkan kembali hubungan bisnis mereka dengan Israel. (jas)