10 Band Ngetop Tolak Israel di Kampanye No Music for Genocide
Gerakan Musisi Dunia Boikot Israel Lewat Musik

Lebih dari 400 musisi dan label meluncurkan boikot budaya melawan apartheid, penjajahan, dan genosida terhadap rakyat Palestina/ X @officialnmfg
Mereka menilai tampil atau memperbolehkan musik mereka diputar di Israel sama saja dengan berkontribusi pada praktik “normalisasi” yang berbahaya.
Primal Scream menyebut, boikot adalah tindakan simbolis namun penting untuk menunjukkan keberpihakan.
Menurut mereka, seniman tidak hanya punya hak berekspresi, tetapi juga tanggung jawab etis dalam menentukan di mana karya mereka diperdengarkan.
4. Rina Sawayama
Rina Sawayama, penyanyi pop asal Jepang-Inggris yang kariernya tengah menanjak, juga tercatat dalam daftar artis yang menolak Israel.
Ia dikenal dengan musik yang memadukan pop futuristik, rock, hingga elektronik, sekaligus lirik-lirik yang sarat pesan personal dan politik.
Dalam keterlibatannya di kampanye No Music for Genocide, Rina menegaskan bahwa sebagai artis Asia yang menembus panggung internasional, ia merasa punya kewajiban untuk berbicara tentang isu global.
Baginya, boikot adalah bentuk solidaritas nyata terhadap rakyat Palestina.
Langkah Rina dianggap penting karena ia mewakili generasi musisi muda yang tengah naik daun.
Dengan pengaruh besar di kalangan anak muda, pesan yang ia bawa lebih cepat menyebar melalui media sosial dan komunitas musik pop.
5. Japanese Breakfast
Japanese Breakfast, band indie pop asal Amerika Serikat yang digawangi Michelle Zauner, ikut serta dalam kampanye boikot musik di Israel.
Band ini dikenal dengan musiknya yang lembut namun emosional, serta sering menyuarakan isu identitas dan pengalaman imigran Asia.
Keputusan mereka bergabung dalam kampanye ini menegaskan komitmen bahwa seni tidak bisa dipisahkan dari konteks politik global.
Michelle Zauner secara terbuka menyatakan dukungan pada Palestina, dan menyebut bahwa memblokir musik di Israel adalah langkah kecil dengan dampak besar.
Partisipasi Japanese Breakfast mendapat perhatian karena mereka populer di kalangan generasi muda, terutama di komunitas indie.
6. Arca
Arca, musisi elektronik asal Venezuela yang dikenal dengan karya eksperimentalnya, juga bergabung dalam No Music for Genocide.
Arca adalah nama besar di dunia musik elektronik, dengan kolaborasi bersama artis seperti FKA Twigs, Björk, dan Kanye West.
Arca menyebut bahwa musik adalah medium politik sekaligus personal. Dalam keterlibatannya, ia menegaskan pentingnya solidaritas dengan rakyat Palestina yang kehilangan suara dalam arus global.
Sikap Arca sangat berpengaruh, karena ia adalah figur penting di komunitas LGBTQ+ global.
Dukungan Arca menunjukkan bahwa isu Palestina bukan hanya tentang politik dan perang, tetapi juga tentang hak-hak dasar manusia yang universal.