SOFT LAUNCHING - Intelektual dan alumni dari berbagai perguruan tinggi yang mengatasnamakan perhimpunan murid Prof Sumitro Djojohadikusumo mengumumkan soft launching Sumitro Institute pada hari ini/ HO
Kebangkitan Sumitronomics: Dari Warisan Gagasan Menuju Aksi Nyata Lewat Sumitro Institute
by Adrian Jasman 2025-06-02 14:21:52

Pada kesempatan yang sama diselenggarakan bincang ilmiah dengan mengangkat tema “Prolog Sumitronomics: Pembangunan untuk Ekonomi & Ekonomi untuk Pembangunan”.

Peringatan 200 Tahun Perjanjian Kutai-Belanda 1825: Kontrak 10 Pasal Tanpa Ada Konflik Bersenjata

DISKUSI - Diskusi Publik Peringatan 200 Tahun Perjanjian Kutai-Belanda 1825 di Kampus FKIP Universitas Mulawarman Samarinda, 8 Agustus 2025 / HO to Avnmedia.id

“Sebagai orang Kutai, saya merasa perlu meluruskan sejarah Kutai yang masih simpang siur di tengah masyarakat. Saya dan adik saya memfasilitasi Mas Sarip untuk menulis ulang sejarah ini dengan membuka akses lebih luas ke sumber arsip di ANRI dan sumber lisan dari para sepuh kerabat Sultan Kutai,” jelas Mawar.

Ia juga menyoroti bagaimana perjanjian Kutai-Belanda tahun 1825 bisa menjadi dasar pemikiran kritis bagi pemerintah pusat.

“Dulu, Kesultanan Kutai menjalin kerja sama dengan Belanda dalam bentuk kontrak. Tapi di era NKRI, hasil sumber daya alam Kaltim justru lebih banyak dinikmati di Jakarta. Masyarakat Kaltim sendiri justru banyak yang belum merasakan dampak pembangunan,” tegasnya.

 

Muhammad Sarip, sejarawan publik, menambahkan bahwa sejarah Kutai dan Kalimantan Timur selama ini kurang mendapat tempat dalam narasi sejarah nasional yang cenderung Jawa-sentris.

“Pemerintah pusat lebih menyoroti peringatan 200 tahun Perang Jawa atau Perang Diponegoro, yang dirayakan meriah di Jakarta selama sebulan penuh, dari 20 Juli sampai 20 Agustus 2025,” jelas Sarip.

Ia menuturkan, relasi Kutai dan Hindia Belanda diresmikan kali pertama pada 8 Agustus 1825. Saat itu, George Muller sebagai utusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda datang ke Tenggarong untuk menandatangani perjanjian dengan Sultan Aji Muhammad Salihuddin.

“Isi perjanjian terdiri dari sepuluh pasal dan dibuat tanpa ada konflik bersenjata sebelumnya. Ini menunjukkan relasi yang tidak dilandasi oleh kekerasan,” terang Sarip.

Aji Muhammad Mirza Wardana menegaskan bahwa isi perjanjian Kutai-Belanda 1825 tidak mencerminkan bentuk penjajahan.

Related News
Recent News
image
Trending Tifo Raksasa hingga Flare & Smoke Bomb, Ini Aksi Suporter Garuda Warnai Pertandingan Timnas Indonesia
by April2025-06-14 23:27:16

Berikut sederet aksi suporter Garuda yang kerap mewarnai pertandingan Timnas Indonesia di berbagai kesempatan.

image
Trending Lindswell Kwok Soroti Hadiah Jam Tangan Rolex di Tengah Efisiensi, Ini Alokasi Anggaran Cabor 2025
by April2025-06-14 23:03:27

Lantas, berapa sebenarnya anggaran yang dikucurkan pemerintah untuk cabor-cabor di Indonesia?