Di Tengah Gejolak, GIK UGM Gemakan Suara Rakyat dalam Pertunjukan
elanggang Inovasi dan Kreativitas Universitas Gadjah Mada (GIK UGM) meluncurkan program inovatif "GIK Menyapa: Ketoprak Kolaborasi"/ Foto: HO
Pertunjukan ini disutradarai oleh Bambang Paningron, Tedjo Suyanto dan Brian Riangga Dhita.
Selain pentas ketoprak Mendhung ing Karangwuni, GIK UGM juga menggelar Sarasehan Seni Tradisi: Ekosistem dan Modal Sosial Masyarakat Tradisi Membangun Peradaban, dengan narasumber Drs. Suharyoso SK., seniman teater kawakan sekaligus perintis Teater Gadjah Mada.
Sarasehan ini menjadi arena diskusi yang sangat menarik, mengingat isu yang diangkat juga erat kaitannya dengan relevansi seni tradisi di era modern.
Dalam diskusi ini, Drs. Suharyoso SK. membedah peran seni tradisi sebagai modal sosial yang sering diabaikan dalam pembangunan peradaban, serta bagaimana ekosistem seni justru bisa menjadi kunci dalam menjaga integritas budaya di tengah gempuran modernisasi. Dengan tema ini, sarasehan mampu menarik perhatian berbagai kalangan, khususnya mereka yang peduli akan masa depan seni tradisi dan identitas budaya bangsa.

Seni tradisi, seperti ketoprak, yang seharusnya menjadi cerminan peristiwa dan dinamika sosial kini terancam dilupakan. Hal ini bukan semata karena ketidakpedulian anak muda, tetapi akibat kurangnya ruang dan kesempatan bagi mereka untuk terhubung dengan akar budaya tersebut.
Inilah yang menggerakkan GIK UGM untuk menjawab kebutuhan generasi saat ini.



