Bahasa Gaul hingga Makian Marak di Ruang Publik, SUMBU TENGAH Soroti Perubahan Bahasa Indonesia
Padahal, Bahasa Indonesia telah diajarkan secara formal
.webp)
ACARA - Acara ini menghadirkan tujuh narasumber, termasuk jurnalis, duta bahasa, penulis, hingga seniman/ Ho to avnmedia.id
Ia memberi contoh kata “galgah” yang populer di TikTok sebagai lawan kata “haus”, menggeser padanan baku “palum”.
Muhammad Tirta Artesian, Duta Baca Kaltimtara 2025, menambahkan bahwa penerimaan publik terhadap diksi baru tidak selalu konsisten.
Contohnya, kata “tagar” yang diciptakan sebagai padanan “hashtag” cukup diterima. Namun, istilah seperti “tetikus” untuk menggantikan “mouse” belum banyak digunakan.
Tantangan Berbahasa di Lingkungan Sosial Anak Muda
Jacinta Maharani Mulawarman, Duta Bahasa Kaltimtara, mengungkap bahwa penggunaan bahasa baku di lingkungan sosial justru kadang menjadi bahan olokan.
“Saya kadang diejek kalau pakai bahasa Indonesia yang baku di tongkrongan. Tapi saya teruskan saja, supaya mereka juga tahu bentuk bahasa yang benar,” ujar Jacinta.
Di sisi lain, Muhammad Sarip, sejarawan publik, menyoroti tantangan berbahasa dalam karya tulis.
Buku-buku sejarah karyanya yang dulu dinilai sulit dipahami oleh anak muda karena pilihan diksi yang terlalu baku.
“Makanya di buku terakhir saya, saya ajak teman muda untuk bantu menyesuaikan gaya bahasa agar lebih relevan di kalangan Gen Z,” ujar Sarip.
Bahasa Indonesia di Kelas Sering Butuh Bantuan Bahasa Gaul
Alma Fadilla Putri, guru SD Negeri di Samarinda, membagikan pengalamannya mengajar Bahasa Indonesia di kelas 2.
Ketika ia menjelaskan kata “sahabat”, siswa terlihat bingung. Namun saat ia menggantinya dengan “bestie”, anak-anak langsung memahami.
Pengalaman ini dibenarkan oleh Celine Huang, Duta Baca Remaja Samarinda.
“Memang cara penyampaian harus disesuaikan dengan generasi sekarang,” ujar Celine.