Palo Alto Networks: Krisis Kepercayaan Data Jadi Tantangan Utama Keamanan AI Indonesia pada 2026
ILUSTRASI - Ilustrasi keamanan AI/ Pexels.com
4. Risiko Hukum dan Tanggung Jawab Eksekutif
Kesenjangan antara adopsi AI dan kematangan keamanan—yang saat ini baru sekitar 6% organisasi—diprediksi memicu gugatan hukum besar pertama pada 2026.
Tanggung jawab atas kegagalan sistem AI tidak lagi berhenti di level TI, tetapi menjadi isu dewan direksi dan eksekutif.
5. Ancaman Kuantum Semakin Mendesak
Ancaman harvest now, decrypt later yang dipercepat AI membuat data saat ini berpotensi menjadi liabilitas di masa depan.
Dengan estimasi ancaman kuantum menyusut dari 10 tahun menjadi hanya tiga tahun, migrasi ke kriptografi pasca-kuantum menjadi kebutuhan mendesak, bukan lagi wacana.
6. Browser Jadi Medan Baru Keamanan
Evolusi browser menjadi platform kerja utama dan pintu masuk AI menciptakan permukaan serangan baru.
Lonjakan trafik GenAI hingga 890% menuntut model keamanan cloud-native terpadu yang menerapkan prinsip zero trust dan perlindungan data hingga ke level browser.
Menuju Ekonomi AI yang Tangguh
Palo Alto Networks menekankan bahwa masa depan ekonomi AI sangat bergantung pada kemampuan organisasi membangun kepercayaan data.
Dengan mengedepankan platform keamanan terpadu dan pertahanan AI otonom, keamanan tidak lagi menjadi penghambat inovasi, melainkan fondasi bagi ketahanan ekonomi digital jangka panjang. (jas)



