Palo Alto Networks: Krisis Kepercayaan Data Jadi Tantangan Utama Keamanan AI Indonesia pada 2026
ILUSTRASI - Ilustrasi keamanan AI/ Pexels.com
Prediksi ini diperkuat oleh temuan Unit 42 Palo Alto Networks, yang mencatat bahwa pada 2025—yang disebut sebagai Tahun Disrupsi—sebanyak 84% insiden siber besar melumpuhkan operasional akibat kerentanan rantai pasok dan evolusi teknik serangan.
Enam Prediksi Palo Alto Networks soal AI dan Keamanan Siber 2026
1. Era Baru Penipuan: Ancaman Identitas Berbasis AI
Identitas diperkirakan menjadi target utama serangan siber pada 2026.
Teknologi deepfake real-time, termasuk kloning digital eksekutif, ditambah rasio identitas mesin dan manusia yang mencapai 82:1, berpotensi memicu krisis otentisitas.
Keamanan identitas pun harus bertransformasi dari pendekatan reaktif menjadi strategi proaktif yang melindungi manusia, mesin, dan agen AI.
2. Ancaman dari Dalam: Agen AI Jadi Target
Agen AI otonom memang menjanjikan efisiensi tinggi dan mampu menutup kesenjangan 4,8 juta talenta keamanan siber global.
Namun, agen dengan akses istimewa ini juga menjadi target bernilai tinggi bagi penyerang.
Tanpa pengamanan ketat, agen AI berisiko berubah menjadi “insider otonom” yang membahayakan organisasi.
3. Krisis Kepercayaan Data dan Data Poisoning
Serangan pencemaran data pelatihan AI diprediksi meningkat signifikan.
Celah antara tim data dan tim keamanan dimanfaatkan penyerang untuk menyusupkan backdoor dan merusak integritas model AI.
Solusinya adalah platform keamanan terpadu yang menggabungkan DSPM, AI Security Posture Management, serta perlindungan jalur data AI secara real-time.



