Di Balik Gemerlap Ketenaran, Deretan Skandal dan Tragedi Ungkap Sisi Gelap Dunia K-Pop
_-_2025-06-19T202404.436_(1).webp)
POTRET - Burning Sun menjadi salah satu skandal besar di dunia K-Pop dan girlgrup AOA terkena dampak dari internal bullying antar anggota/ Foto: Kolase by AVNMEDIA.ID
Korupsi dan manipulasi tak hanya menyasar kehidupan pribadi para idola, tetapi juga merasuki sektor industri dan bisnis di balik gemerlap dunia K-Pop.
Salah satu kasus besar terjadi dalam program survival “Produce 101”, di mana terungkap adanya manipulasi voting yang dilakukan oleh produser acara.
Nama-nama finalis dan posisi debut ditentukan secara sepihak tanpa mengikuti hasil suara penonton.
Akibatnya, boygrup X1 yang telah telah melakukan debutnya terpaksa dibubarkan dan sementara IZ*ONE sempat dibekukan kegiatannya karena kejadian ini.
5. Perundungan Internal
Rumor dan tuduhan bullying telah menimpa banyak idol K‑Pop, bahkan dari dalam grup sendiri.
Contoh paling menonjol adalah kasus T‑ARA pada 2012, saat Hwayoung diusir dari grup karena dianggap dibully oleh anggota lain, yang mengakibatkan reputasi dan karier grup amburadul.
Namun, kemudian terungkap bahwa justru Hwayoung dan saudara kembarnyalah yang melakukan intimidasi terhadap anggota dan staf, termasuk memanipulasi situasi dan menyebarkan klaim palsu.
Selain itu, Jimin (AOA) secara terbuka meminta maaf dan mundur setelah mantan anggota Kwon Mina mengungkap fakta bahwa ia mengalami perundungan selama bertahun-tahun oleh Jimin, yang bahkan sempat membuatnya mencoba bunuh diri.
6. Standar Kecantikan dan Objektifikasi
Dunia K-Pop menerapkan standar kecantikan yang sangat ketat dan sering kali menjadikan idol sebagai objek komersial, terutama bagi mereka dari girl group.
Agensi mengharapkan tubuh langsing ekstrem termasuk "thigh gap", wajah dengan double eyelids, dagu lancip, dan kulit pucat bak porselen yang mendorong diet ekstrem, penggunaan pad tubuh, filler, hingga operasi plastik agar sesuai standar.
Idola K-Pop perempuan juga kerap dipaksa mengenakan kostum terbuka dan menampilkan gerakan seksual di video musik dan panggung, memenuhi tekanan dari “male gaze” yang dikendalikan oleh agensi. (naf)