Tomoro Coffee: Kedai Kekinian yang Ternyata Bukan Produk Lokal, Pemiliknya Siapa?

KOLASE TOMORO COFFEE - Potret Tomoro Coffee dan Star Yuan/ Foto: IST

Filosofi tersebut terlihat jelas dari desain gerainya yang modern, interior yang menyenangkan, serta kutipan-kutipan positif yang kerap muncul di kemasan atau hiasan toko.

Pendiri Asli: Star Yuan dari China

Di balik popularitas Tomoro Coffee, berdirilah sosok pengusaha asal Tiongkok, Xing Wei Yuan atau lebih dikenal sebagai Star Yuan.

Ia bukan orang sembarangan. Sebelum membangun Tomoro, ia pernah menjadi Direktur Manajemen Produk di OPPO dan memainkan peran penting dalam ekspansi global perusahaan tersebut.

Tak hanya itu, Star Yuan juga merupakan salah satu pendiri J&T Express, layanan logistik besar yang kini mendominasi Asia Tenggara.

Yang menarik, keputusan untuk memulai bisnis kedai kopi justru dilakukan di Indonesia.

Star Yuan menilai pasar kopi di Indonesia sangat potensial, baik dari sisi konsumen maupun penghasil kopi. Ia juga diketahui aktif turun langsung ke lapangan, mengunjungi cabang-cabang Tomoro di berbagai daerah.

Dukungan Teknologi dan Tim Global

Dalam mengembangkan bisnisnya, Star Yuan berkolaborasi dengan Fish Sun—mantan profesional Apple—yang kini menjabat sebagai Co-Founder dan Vice President Tomoro Coffee. Kombinasi pengalaman global dan pemahaman teknologi membuat Tomoro unggul dalam hal efisiensi dan layanan digital.

Tomoro sudah mengintegrasikan pemesanan lewat aplikasi, pembayaran cashless, hingga sistem poin loyalti untuk pelanggannya.

Semua ini mendukung kemudahan dan kenyamanan pengalaman minum kopi masa kini.

Related News
Recent News
image
Business Upbit Indonesia: Kesepakatan Dagang AS–Tiongkok Bisa Jadi Momentum Baru bagi Aset Kripto
by Adrian Jasman2025-05-27 15:17:51

Upbit juga mencatat bahwa situasi global yang lebih stabil cenderung meningkatkan toleransi risiko di kalangan investor.

image
Business Manulife Indonesia Cetak Laba Rp1,5 Triliun di 2024, Premi Bisnis Baru Naik 12 % YoY
by Irwan2025-05-27 01:53:27

Pendapatan premi naik 6% menjadi Rp10,5 triliun, melampaui rata-rata pertumbuhan industri yang hanya 4,3%.