Pertanian Maluhu Tumbuh Pesat, Pakcoy Jadi Primadona Baru Warga

KOLASE FOTO - Momen tersebut pun semakin istimewa dengan kehadiran langsung Bupati Kukar, Aulia Rahman Basri, sebagai bentuk dukungan terhadap para petani lokal/ avnmedia.id
AVNMEDIA.ID - Inovasi pertanian terus digalakkan di Kelurahan Maluhu, Kecamatan Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar).
Tidak lagi hanya bertumpu pada komoditas padi, masyarakat kini mulai menjajal budidaya hortikultura. Sayur pakcoy menjadi produk unggulan baru yang mulai banyak dibudidayakan dan diminati warga.
Panen perdana tanaman pakcoy baru-baru ini menjadi bukti keberhasilan diversifikasi pertanian.
Momen tersebut pun semakin istimewa dengan kehadiran langsung Bupati Kukar, Aulia Rahman Basri, sebagai bentuk dukungan terhadap para petani lokal.
Komoditas ini dinilai memiliki prospek cerah, baik dari sisi produktivitas maupun nilai ekonominya. Selain itu, langkah ini juga sejalan dengan program pertanian berkelanjutan yang tengah digaungkan pemerintah daerah.
13 Gapoktan Aktif, Pemerintah Salurkan Bantuan Lengkap
Lurah Maluhu, Tri Joko Kuncoro, menyampaikan bahwa perkembangan positif ini tidak lepas dari kontribusi pemerintah.
Saat ini, setidaknya terdapat 13 gabungan kelompok tani (Gapoktan) aktif di wilayah tersebut.
Masing-masing kelompok telah mendapatkan bantuan berupa benih, pupuk, dan sarana pertanian lainnya guna mendukung proses tanam hingga masa panen.
“Bantuan yang diberikan Pemkab Kukar sangat membantu. Kami optimis pertanian di Maluhu bisa terus berkembang,” ujar Joko, Rabu (9/7/2025).
Ancaman Unik: Monyet Liar Rusak Tanaman Warga
Meski sektor pertanian menunjukkan progres signifikan, tantangan tetap menghadang.
Salah satu kendala yang dihadapi petani Maluhu adalah gangguan dari kawanan monyet liar. Tidak seperti hama pada umumnya, hewan-hewan ini menyerbu lahan dan merusak tanaman pakcoy yang sedang tumbuh.
Pihak kelurahan sedang mencari solusi penanganan yang aman dan tetap berprinsip pada kemanusiaan.
Beberapa opsi yang dipertimbangkan di antaranya adalah penggunaan petasan atau anjing penjaga sebagai pengusir alami.
“Kami masih mengkaji pendekatan terbaik yang tidak melukai satwa namun bisa melindungi hasil pertanian warga,” tutup Joko. (adv)