Para Artis Indonesia Asal Sulawesi Tenggara, Asli Suku Buton?
Artis Indonesia Asal Sulawesi Tenggara

ARTIS INDONESIA - Raim Laode dan Chika Waode, artis Indonesia asal Sulawesi Tenggara. Simak apakah mereka asli Suku Buton (Foto: Instagram @raimlaode dan @cqawaode)
Untuk sinetron, ia pernah berperan dalam judul-judul populer, seperti Cinderella, Cinta Bunga, dan Chelsea.
Lulusan Sanggar Ananda ini juga memiliki pengalaman panjang sebagai presenter di berbagai program televisi, termasuk Oooh Seraam dan Kring Kring Olala.
Selain itu, Chika pernah tampil di acara komedi dan hiburan, seperti Opera Van Java, Ceriwis, Tawa Sutra XL, serta menjadi bintang tamu di sejumlah talkshow, termasuk Empat Mata dan Segeeerrr.
5. Mimi Peri
Mimi Peri Rapunchelle dikenal sebagai salah satu kreator konten dengan ciri khas unik yang kerap membagikan video lucu di media sosial.
Ide-ide kreatifnya yang mengundang tawa sukses menarik perhatian banyak orang dan membuat namanya viral.
Pria bernama asli Ahmad Jaelani ini membangun identitasnya sebagai “penjelmaan peri khayangan” dengan kostum-kostum nyentrik.
Salah satu julukan yang melekat padanya adalah “duta sahur,” berawal dari video dengan gaya bicara khasnya yang ramai dibicarakan warganet.
Setiap menjelang bulan Ramadan, ia bahkan kebanjiran tawaran endorsement untuk membangunkan sahur dari berbagai kalangan.
Lahir di Kendari, Sulawesi Tenggara, pada 19 Juni 1988, Mimi Peri mulai dikenal luas sejak 2017.
Kini, ia menjalani profesi sebagai selebgram sekaligus kreator konten populer di Indonesia.
Meski tumbuh di Kendari, ia disebut memiliki latar belakang keluarga transmigran dengan darah campuran Jawa dan Bali.
Penutup
Itulah para artis Indonesia yang berasal dari Sulawesi Tenggara dan mayoritas merupakan asli Suku Buton.
Dalam tradisi Kesultanan Buton, terdapat dua gelar kebangsawanan yang memiliki makna mendalam, yakni “La Ode” untuk laki-laki dan “Wa Ode” untuk perempuan.
Gelar ini tidak hanya berfungsi sebagai identitas, tetapi juga menandakan garis keturunan bangsawan serta mencerminkan perilaku terpuji yang patut dijadikan teladan di tengah masyarakat.
Untuk laki-laki, gelar “La Ode” memiliki makna khusus.
Kata “La” merupakan sapaan bagi pria dalam budaya Buton, sedangkan “Ode” mengandung arti pujian atau penghargaan atas kebaikan budi dan perilaku.
Sementara itu, bagi perempuan, gelar “Wa Ode” terbentuk dari sapaan “Wa” yang ditujukan kepada wanita, dipadukan dengan kata “Ode” yang memiliki makna serupa.
Penyandang gelar La Ode atau Wa Ode tidak hanya membawa nama kehormatan, tetapi juga memikul tanggung jawab untuk menjaga sikap, perilaku, dan martabat sesuai dengan nilai luhur yang melekat pada gelar tersebut.
“La Ode” maupun “Wa Ode” bukanlah nama sebuah suku, melainkan gelar kebangsawanan yang berasal dari tradisi masyarakat Buton di Sulawesi Tenggara.
Gelar-gelar ini umumnya digunakan oleh masyarakat yang berasal dari suku-suku di wilayah Buton, seperti suku Wolio dan Ciacia.
Dengan demikian, “La Ode” maupun “Wa Ode” menunjukkan status sosial dalam budaya Buton, bukan penanda identitas suku. (apr)