Para Artis Indonesia Asal Sulawesi Tenggara, Asli Suku Buton?
Artis Indonesia Asal Sulawesi Tenggara

ARTIS INDONESIA - Raim Laode dan Chika Waode, artis Indonesia asal Sulawesi Tenggara. Simak apakah mereka asli Suku Buton (Foto: Instagram @raimlaode dan @cqawaode)
AVNMEDIA.ID - Dunia hiburan Tanah Air kian menunjukkan perkembangan pesat, tak hanya terpusat di kota-kota besar, tetapi juga merambah ke berbagai daerah, termasuk tak sedikit jebolan artis Indonesia asal Sulawesi Tenggara.
Salah satu yang khas dari provinsi Sulawesi Tenggara ialah kehadiran Suku Buton di dalamnya.
Suku Buton merupakan salah satu kelompok etnis yang berasal dari wilayah Sulawesi Tenggara, dengan pusat permukiman utama di Kepulauan Buton.
Tidak hanya mendiami daerah asalnya di Sulawesi Tenggara, masyarakat Suku Buton juga telah menetap di berbagai wilayah lain di Indonesia, seperti Maluku Utara, Kalimantan, Riau, hingga Papua.
Persebaran kelompok Suku Buton ini terjadi seiring perjalanan sejarah, mobilitas penduduk, dan interaksi perdagangan antardaerah.
Lantas, siapa saja artis Indonesia yang berasal dari Sulawesi Tenggara? Apakah mereka merupakan keturunan Suku Buton? Simak informasinya berikut!
Para Artis Indonesia yang Berasal dari Sulawesi Tenggara, Apakah Mereka Asli Suku Buton?
1. Fildan Rahayu
Fildan Rahayu adalah penyanyi dangdut asal Kota Baubau, Sulawesi Tenggara, yang berhasil meraih juara pertama ajang pencarian bakat D’Academy musim ke-4.
Pria kelahiran 27 September 1991 ini merupakan putra dari pasangan La Suriadin dan Wa Hanika.
Namanya mulai dikenal luas berkat kemampuannya membawakan lagu-lagu India dengan penuh penghayatan.
Salah satu penampilannya di D’Academy 4 yang diunggah di YouTube bahkan sempat viral.
Dikenal juga dengan sebutan Fildan D’Academy, ia berasal dari suku Buton dan mengawali karier melalui audisi Spesial Hunt D’Academy 4 yang digelar oleh Radio Ozzon Baubau bekerja sama dengan Indosiar.
Dari ajang tersebut, ia terpilih bersama tiga peserta lain untuk mengikuti audisi di Kota Makassar.
Saat tampil di Makassar, Fildan membawakan lagu India “Tum Hi Ho” dan “Muskurane,” yang membuat juri Iis Dahlia terpesona hingga memberinya Golden Ticket untuk melaju ke 35 besar.
Menariknya, sebelum sukses di DA4, Fildan sempat mengikuti audisi D’Academy 3 di Makassar.
Namun, insiden gitar patah memaksanya tampil tanpa alat musik sehingga gagal lolos kala itu.
2. Raim Laode
Raim Laode, pria kelahiran 28 April 1994, mulai dikenal publik setelah tampil di ajang Stand Up Comedy Academy musim kedua (SUCA 2) pada 2016 yang disiarkan Indosiar.
Komika asal Sulawesi Tenggara ini memang bukan pendatang baru di dunia stand-up comedy.
Lulusan Pendidikan Sejarah Universitas Halu Oleo tersebut telah bergabung dengan komunitas Stand Up Indo Kendari sejak akhir 2014, serta kerap tampil di berbagai open mic di wilayah Sulawesi dan sekitarnya.
Selain aktif di panggung stand-up, Raim juga menjadi pengisi program komedi lokal KOTAWA yang sudah tayang sejak 2015.
Dalam ajang SUCA 2, ia bahkan berkompetisi dengan kakaknya, Boy Laode, dan berhasil mengunggulinya.
Meski demikian, Raim harus terhenti di babak 4 besar setelah putaran pertama.
Sebelum serius menjadi komika, ia sudah menggeluti musik dengan menciptakan dan menyanyikan lagu.
Pada 2018, ia resmi merilis single berjudul “Cemburu” yang memperkenalkan karyanya ke publik.
Menurut informasi, Raim Laode berasal dari suku Tolaki, salah satu suku mayoritas di Sulawesi Tenggara, sekaligus menyandang gelar kebangsawanan “La Ode” yang merupakan bagian dari tradisi budaya Buton.
3. Arie Kriting
Satriaddin Maharinga Djongki, atau yang lebih dikenal dengan nama panggung Arie Kriting, adalah komika dan aktor asal Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara.
Lahir di Kendari pada 13 April 1985, Arie berasal dari suku Buton.
Meski berasal dari wilayah Indonesia Timur yang mayoritas penduduknya non-muslim, ia menegaskan bahwa dirinya bukan mualaf, melainkan Muslim sejak kecil.
Sebelum terjun ke dunia hiburan, Arie sempat menempuh studi di Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang, Jawa Timur, jurusan Teknik Perencanaan Wilayah.
Karier Arie mulai menanjak pada 2013 setelah meraih juara ketiga di ajang Stand Up Comedy Indonesia yang tayang di salah satu stasiun televisi swasta.
Ciri khasnya adalah materi komedi yang dibawakan dengan logat khas Indonesia Timur.
Kesuksesan itu membawanya pada penghargaan Komika Terfavorit di Indonesian Comedy Awards 2023.
Selain berstand-up comedy, Arie menapaki dunia akting dan penulisan skenario.
Ia terlibat dalam sejumlah film populer seperti Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 1, 5 Cowok Jagoan, dan Kulari ke Pantai.
Ia juga menjajal kursi sutradara lewat film Pelukis Hantu.
Berkat perannya di film Aisyah, Biarkan Kami Bersaudara, Arie meraih penghargaan Pemeran Pendukung Pria Terbaik di Usmar Ismail Awards 2017, serta kategori Ensemble Talent Terbaik di Indonesian Box Office Movie Awards.
Dalam kehidupan pribadinya, Arie menikahi aktris Indah Permatasari pada 12 Januari 2021, setelah menjalin hubungan selama empat tahun.
Meskipun hubungan mereka sempat tidak mendapat restu dari ibu Indah, pasangan ini kini hidup bersama dan telah dikaruniai seorang anak pada 2022.
4. Chika Waode
Henny Veronika Waode, yang lebih dikenal dengan nama panggung Chika Waode, lahir di Jakarta pada 18 September 1982.
Ia merupakan kakak dari aktris Lia Waode dan dikenal luas sebagai aktris sekaligus komedian asal Indonesia.
Karier Chika di dunia hiburan dimulai melalui Lenong Bocah, program komedi tradisional anak-anak Jakarta yang tayang di salah satu stasiun televisi swasta.
Sejak itu, ia terus mempertahankan eksistensinya di industri hiburan Tanah Air.
Tak hanya menggeluti dunia komedi, Chika juga aktif berakting di film dan sinetron.
Beberapa film yang pernah ia bintangi, antara lain Tina Toon dan Lenong Bocah The Movie serta Skandal Cinta Babi Ngepet.
Untuk sinetron, ia pernah berperan dalam judul-judul populer, seperti Cinderella, Cinta Bunga, dan Chelsea.
Lulusan Sanggar Ananda ini juga memiliki pengalaman panjang sebagai presenter di berbagai program televisi, termasuk Oooh Seraam dan Kring Kring Olala.
Selain itu, Chika pernah tampil di acara komedi dan hiburan, seperti Opera Van Java, Ceriwis, Tawa Sutra XL, serta menjadi bintang tamu di sejumlah talkshow, termasuk Empat Mata dan Segeeerrr.
5. Mimi Peri
Mimi Peri Rapunchelle dikenal sebagai salah satu kreator konten dengan ciri khas unik yang kerap membagikan video lucu di media sosial.
Ide-ide kreatifnya yang mengundang tawa sukses menarik perhatian banyak orang dan membuat namanya viral.
Pria bernama asli Ahmad Jaelani ini membangun identitasnya sebagai “penjelmaan peri khayangan” dengan kostum-kostum nyentrik.
Salah satu julukan yang melekat padanya adalah “duta sahur,” berawal dari video dengan gaya bicara khasnya yang ramai dibicarakan warganet.
Setiap menjelang bulan Ramadan, ia bahkan kebanjiran tawaran endorsement untuk membangunkan sahur dari berbagai kalangan.
Lahir di Kendari, Sulawesi Tenggara, pada 19 Juni 1988, Mimi Peri mulai dikenal luas sejak 2017.
Kini, ia menjalani profesi sebagai selebgram sekaligus kreator konten populer di Indonesia.
Meski tumbuh di Kendari, ia disebut memiliki latar belakang keluarga transmigran dengan darah campuran Jawa dan Bali.
Penutup
Itulah para artis Indonesia yang berasal dari Sulawesi Tenggara dan mayoritas merupakan asli Suku Buton.
Dalam tradisi Kesultanan Buton, terdapat dua gelar kebangsawanan yang memiliki makna mendalam, yakni “La Ode” untuk laki-laki dan “Wa Ode” untuk perempuan.
Gelar ini tidak hanya berfungsi sebagai identitas, tetapi juga menandakan garis keturunan bangsawan serta mencerminkan perilaku terpuji yang patut dijadikan teladan di tengah masyarakat.
Untuk laki-laki, gelar “La Ode” memiliki makna khusus.
Kata “La” merupakan sapaan bagi pria dalam budaya Buton, sedangkan “Ode” mengandung arti pujian atau penghargaan atas kebaikan budi dan perilaku.
Sementara itu, bagi perempuan, gelar “Wa Ode” terbentuk dari sapaan “Wa” yang ditujukan kepada wanita, dipadukan dengan kata “Ode” yang memiliki makna serupa.
Penyandang gelar La Ode atau Wa Ode tidak hanya membawa nama kehormatan, tetapi juga memikul tanggung jawab untuk menjaga sikap, perilaku, dan martabat sesuai dengan nilai luhur yang melekat pada gelar tersebut.
“La Ode” maupun “Wa Ode” bukanlah nama sebuah suku, melainkan gelar kebangsawanan yang berasal dari tradisi masyarakat Buton di Sulawesi Tenggara.
Gelar-gelar ini umumnya digunakan oleh masyarakat yang berasal dari suku-suku di wilayah Buton, seperti suku Wolio dan Ciacia.
Dengan demikian, “La Ode” maupun “Wa Ode” menunjukkan status sosial dalam budaya Buton, bukan penanda identitas suku. (apr)