Diskon Gede-gedean Mobil Listrik BYD Bikin Industri Otomotif Khawatir, Asosiasi Sampai Keluarkan Peringatan

BYD Seal EV/ BYD
Ini memungkinkan mereka menurunkan harga sambil tetap menjaga margin kotor sekitar 20%.
Di balik strategi jangka pendek, BYD tampaknya tengah mengatur ulang lanskap industri. Dengan lebih dari 3,5 juta unit kendaraan yang belum terjual di seluruh pasar, BYD menargetkan dominasi di segmen EV berharga di bawah 100.000 yuan (sekitar Rp140 juta), meskipun saat ini pangsa pasarnya baru 7,4%, padahal tingkat penetrasi segmen ini telah mencapai 82%.
Pasar saham bereaksi tajam. Dalam dua hari setelah pengumuman, saham BYD di Bursa Hong Kong anjlok lebih dari 10%, menghapus kapitalisasi pasar lebih dari 100 miliar yuan (sekitar Rp190 triliun). Meski begitu, beberapa analis tetap optimistis, mengingat laba bersih BYD pada 2024 mencapai 40,2 miliar yuan dan investasi riset & pengembangan sebesar 54,2 miliar yuan.
Bagi konsumen, diskon ini membuka akses pada fitur canggih seperti bantuan mengemudi level 2, kursi dengan ventilasi, dan sistem hiburan modern dengan harga di bawah 100.000 yuan. Namun, sejumlah pakar industri memperingatkan bahwa strategi potong harga berisiko menyebabkan penurunan kualitas tersembunyi, seperti penggantian sistem ABS atau ESP dengan versi lebih murah.
Sementara itu, regulator mulai menekan praktik perang harga ekstrem ini. CAAM memprediksi industri otomotif Tiongkok ke depan akan terkonsolidasi hanya menjadi 5–7 merek dominan. Produsen lokal seperti BYD dan Geely kini semakin menekan merek hasil kerja sama (joint venture) melalui kombinasi inovasi teknologi dan harga agresif. Mobil Jepang seperti Toyota Corolla dan Levin dikabarkan memangkas harga hingga 40.000 yuan (sekitar Rp55 juta) di Shanghai untuk tetap bersaing.
Pada akhirnya, perang harga ini mencerminkan konflik antara ekspansi pasar dan pengembangan teknologi dalam industri otomotif Tiongkok yang sedang bertransisi.
MIIT pun mulai mengambil langkah untuk meredam persaingan tak sehat ini. Fase berikutnya diperkirakan akan mengarah pada persaingan berbasis diferensiasi, dengan fokus pada inovasi dan ekspansi global alih-alih sekadar adu harga di dalam negeri. (jas)