Dari Keluarga Sederhana, 5 Pemain Sepak Bola Indonesia Ini Buktikan Mimpi Besar Bisa Jadi Nyata

POTRET - Pratama Arhan (Foto: Instagram @pratamaarhan8)
Kondisi ekonomi keluarga yang terbatas membuat Pratama Arhan sering kali kesulitan dalam memperoleh perlengkapan latihan.
Ibunya pernah berutang untuk membiayai pendaftaran turnamen sepak bola Pratama Arhan, dan sepatu pertama yang dibelikan untuknya hanya seharga Rp25.000, yang langsung rusak saat pertama kali dipakai.
Pratama Arhan memulai karier sepak bolanya di SSB Putra Mustika pada usia 11 tahun, kemudian pindah ke SSB Terang Bangsa, dan bergabung dengan PSIS Semarang pada 2018.
Pada 2020, Pratama Arhan dipromosikan ke tim utama PSIS Semarang, serta pada Piala AFF 2020 Pratama Arhan dinobatkan sebagai Pemain Muda Terbaik.
Karier internasionalnya dimulai pada 2020 bersama Timnas U-19, dan pada 2021, Pratama Arhan debut di Timnas senior.
3. Saddil Ramdani
Saddil Ramdani, lahir pada 2 Januari 1999 di Raha, Pulau Muna, Sulawesi Tenggara, berasal dari keluarga dengan kondisi ekonomi pas-pasan.
Sejak kecil Saddil Ramdani sudah menunjukkan minatnya kepada olahraga sepak bola.
Setelah menyelesaikan sekolah dasar, Saddil meninggalkan kampung halamannya menuju Kendari untuk berlatih di SSB Galasiswa.
Bakatnya menarik perhatian pencari bakat, dan pada 2012 Saddil Ramdani bergabung dengan Aji Santoso International Football Academy (ASIFA) di Malang, Jawa Timur, di bawah bimbingan mantan kapten Timnas Indonesia, Aji Santoso.
Meskipun berasal dari keluarga kurang mampu, Saddil Ramdani tidak menyerah untuk mewujudkan mimpinya menjadi pesepakbola profesional.
Saddil Ramdani bahkan sempat berjualan bambu untuk sekadar memiliki sepatu sepak bola.
Perjuangan dan kerja kerasnya membuahkan hasil pada usia 17 tahun, Saddil Ramdani bergabung dengan Persela Lamongan dan mencetak gol debut yang menentukan kemenangan tim.
Setelah itu Saddil Ramdani bermain untuk klub Indonesia dan Malaysia, serta memperkuat Timnas Indonesia di berbagai level.
4. Witan Sulaeman
Witan Sulaeman merupakan pesepak bola yang lahir di Palu dan dari keluarga sederhana.
Ayahnya adalah seorang penjual sayur yang juga mengelola usaha air isi ulang.
Witan Sulaeman memulai perjalanan sepak bolanya di SSB Galara pada 2013, kemudian melanjutkan pendidikan dan pelatihan di Sekolah Khusus Olahraga (SKO) Ragunan di Jakarta hingga 2019.