Aksi Fans K-pop Jadi Sorotan di COP30 Brasil, Dorong Komitmen Iklim Global
E&C Pavilion (Credit_Climate Live)
AVNMEDIA.ID - Aktivisme iklim dari komunitas penggemar K-pop kembali mencuri perhatian dunia dalam gelaran COP30.
Pada minggu kedua konferensi, aksi para fandom—termasuk dari Indonesia—menjadi pembuktian bahwa gerakan budaya pop mampu mendorong perubahan nyata.
Dalam sesi K-pop Fans for Climate Action yang digelar di Paviliun Entertainment and Culture, Dayeon Lee dari KPOP4PLANET tampil sebagai pembicara.
Acara ini didukung oleh Menteri Iklim, Energi, dan Lingkungan Korea Selatan Kim Sung-hwan serta Vinicius Gurtler dari Kementerian Kebudayaan Brasil.
Fans Indonesia Jadi Contoh Aktivisme Global
Dayeon menyoroti sejumlah aksi nyata yang dilakukan komunitas K-pop, termasuk donasi Rp 1,4 miliar dari fans Indonesia untuk korban bencana di Kalimantan Selatan dan Sulawesi Barat pada 2021.
Ia juga memaparkan kampanye KPOP4PLANET yang menekan perusahaan global seperti Hyundai Motor Company dan Kering agar mempercepat transisi energi terbarukan.
“Penggemar K-pop punya solidaritas kuat dan kepekaan pada isu keadilan. Mereka adalah aktivis iklim yang tangguh,” ujar Dayeon.
Gerakan Fans BTS Ikut Menonjol
Sesi panel juga menghadirkan Marliana Faciroli, co-director ARMY Help The Planet, komunitas lingkungan terbesar dari fans BTS.
Mereka pernah menggalang aksi ARMY for the Amazon pada 2019 untuk membantu penanganan kebakaran hutan Amazon.
“Kami terinspirasi dari bagaimana BTS aktif bersuara dan mengambil sikap,” kata Marliana.
Penguatan perspektif hadir dari Gyutag Lee (George Mason University Korea) dan Cheulhong Kim (Korea Cultural Centre Brasil).
Menurut mereka, popularitas global K-pop membuka ruang aktivisme baru yang lebih masif.
Dorong Konser K-pop Rendah Emisi
Di akhir sesi, Dayeon mengenalkan kampanye ‘K-pop Carbon Hunters’, yang mendorong industri K-pop menyelaraskan popularitas global dengan aksi nyata melalui konser rendah karbon.
Sudah lebih dari 4.000 penggemar terlibat.
COP30 yang menandai satu dekade Perjanjian Paris ini dianggap momentum penting mendorong komitmen iklim yang lebih ambisius dari sektor budaya.
“Saat COP30 berlangsung, kita butuh aksi berani dari pemerintah, industri, dan konsumen. Bukan sekadar janji,” tegas Dayeon. (jas)



