5 Strategi Sukses Hadapi Tantangan Ekonomi dan Politik 2025 ala Bank DBS Indonesia
.webp)
Bank DBS Indonesia membagikan lima strategi penting agar bisnis tetap tangguh sekaligus berkembang/ HO to Avnmedia.id
AVNMEDIA.ID - Menjelang akhir 2025, situasi ekonomi dan politik Indonesia semakin dinamis.
Mulai dari demonstrasi besar di berbagai daerah, reshuffle kabinet, hingga keputusan Bank Indonesia menurunkan suku bunga, semua memicu gejolak pasar keuangan dan memengaruhi iklim usaha.
Kondisi ini membuat banyak pelaku bisnis menghadapi tantangan seperti fluktuasi permintaan, perubahan regulasi, hingga ketidakpastian investasi.
Namun, dinamika ini bukan berarti hambatan mutlak.
Bagi pengusaha yang mampu beradaptasi, selalu ada peluang baru yang bisa dimanfaatkan.
Bank DBS Indonesia membagikan lima strategi penting agar bisnis tetap tangguh sekaligus berkembang.
1. Jaga Likuiditas dan Biaya Keuangan
Menurut DBS Group Research, ekonomi Indonesia tumbuh rata-rata 5% yoy pada paruh pertama 2025.
Pertumbuhan ini didorong sektor jasa bernilai tinggi, konsumsi hari raya, serta investasi asing langsung.
Di paruh kedua, tren positif masih ditopang oleh belanja pemerintah, inflasi stabil, dan penurunan suku bunga.
Meski begitu, risiko perlambatan tetap ada, terutama akibat gejolak global atau penurunan harga komoditas.
Karena itu, pengusaha disarankan menjaga cadangan kas, menghindari ekspansi berlebihan, dan memanfaatkan penurunan bunga BI ke 4,75% untuk refinancing atau memperkuat modal kerja.
Namun, pelaku usaha dengan utang atau impor berbasis dolar tetap perlu menyiapkan lindung nilai agar tidak tertekan pelemahan rupiah.
2. Diversifikasi ke Sektor Resilien
Ketidakpastian global membuat beberapa sektor bisnis rawan terpukul. Namun, sektor jasa, kebutuhan pokok, dan ekonomi digital terbukti lebih tahan banting.
DBS Group Research memperkirakan ekonomi digital Indonesia akan menembus USD 95 miliar pada 2025, ditopang e-commerce, fintech, dan teknologi.
Ditambah lagi, permintaan produk makanan tetap stabil seiring kenaikan anggaran perlindungan sosial 2026 dan program makan bergizi gratis senilai Rp335 triliun.
Pelaku usaha perlu mengarahkan investasi ke sektor ini untuk menjaga pendapatan dan membuka peluang pertumbuhan baru.
3. Ikuti Arah Belanja Pemerintah
RAPBN 2026 menunjukkan arah kebijakan fiskal yang jelas:
- Rp757,8 triliun untuk pendidikan
- Rp402,4 triliun untuk energi
- Rp335 triliun untuk program gizi
- Rp530 triliun untuk investasi
Bagi bisnis, ini adalah peluang kolaborasi.
Mulai dari infrastruktur pendidikan, energi terbarukan, distribusi pangan, hingga layanan investasi.
Dengan mengikuti arus belanja negara, perusahaan bisa menjadi mitra strategis pemerintah sekaligus memperkuat pertumbuhan jangka panjang.
4. Seimbangkan Modal Asing dan Domestik
IHSG masih rentan dipengaruhi arus modal asing.
Tahun ini, indeks sempat ditopang saham kurang likuid, tanda pasar masih rapuh terhadap sentimen jangka pendek.
Karena itu, perusahaan perlu menyeimbangkan ketergantungan antara investor global dan lokal.
Strategi seperti buyback saham atau mendorong partisipasi investor domestik dapat membantu menjaga kepercayaan pasar sekaligus memperkuat daya tahan perusahaan.
5. Antisipasi Fluktuasi Global dan Harga Komoditas
Harga energi dan komoditas terus bergejolak. Harga minyak Brent misalnya turun 12% sejak Juni 2025 ke level USD 67,48 per barel.
Proyeksi 2026 memperkirakan stabil di kisaran USD 65–70 per barel.
Sementara The Fed baru saja menurunkan suku bunga 25 bps, namun inflasi global masih berisiko naik karena faktor tenaga kerja, belanja AI, hingga pasar ekuitas yang booming.
Bagi bisnis, langkah antisipatif sangat penting. Salah satunya dengan mengunci harga bahan baku lewat kontrak jangka panjang agar biaya operasional lebih stabil.
Dukungan Bank DBS Indonesia untuk Dunia Usaha
Sebagai mitra bisnis, Bank DBS Indonesia konsisten menghadirkan literasi finansial dan insight strategis, salah satunya melalui program Smart Talk.
“Melihat dinamika bisnis yang semakin kompleks, yang membedakan bisnis sukses bukan sekadar bertahan, tapi kemampuan membaca tren lebih cepat daripada kompetitor. Sebagai mitra tepercaya untuk mengelola kekayaan dan bisnis, Bank DBS Indonesia hadir untuk membantu pelaku usaha mengidentifikasi peluang baru, misalnya perubahan perilaku konsumen atau sektor yang sedang tumbuh, sehingga strategi bisnis bisa lebih tepat sasaran,” ujar Melfrida Gultom, Consumer Banking Director Bank DBS Indonesia.
Dengan menerapkan lima strategi ini, bisnis bukan hanya bertahan, tapi juga mampu tumbuh berdaya saing di tengah dinamika ekonomi 2025. (jas)