Sederet Klub Sepak Bola Indonesia Tunggak Gaji Pemain Gegara Masalah Finansial, Intip Nama-Namanya

POTRET - PSIS Semarang (Foto: Instagram @psisfcofficial)
AVNMEDIA.ID - Tunggakan gaji pemain kembali mencuat sebagai perhatian serius dalam dunia sepak bola Indonesia.
Meskipun PSSI dan PT Liga Indonesia Baru (LIB) telah menetapkan berbagai regulasi dan sanksi ketat, kenyataannya masih banyak klub dari Liga 1 hingga Liga 2 yang gagal menunaikan kewajiban membayar gaji pemain secara tepat waktu.
Situasi ini tak hanya mencederai profesionalisme kompetisi, tapi juga mengikis kepercayaan para pemain serta memicu keresahan yang meluas di kalangan pesepak bola nasional.
Bahkan, dilansir dari Hvsmedia.id, beberapa klub telah dijatuhi sanksi oleh FIFA karena menelantarkan hak pemain.
Menurut laporan Koordinator Save Our Soccer (SOS), Akmal Marhali, sebanyak 30 klub dari Liga 1 dan Liga 2 tersangkut skandal tunggakan gaji pada musim 2023/2024.
Berikut beberapa klub Indonesia yang dikabarkan masih menunggak gaji pemainnya:
PSM Makassar
PSM Makassar, salah satu klub tertua di Indonesia, yang bermain di Liga 1 Indonesia pernah menghadapi krisis keuangan serius akibat tunggakan gaji pemain dan pelatih.
Pada musim 2024/2025, isu ini kembali mencuat, dengan pelatih Bernardo Tavares mengungkapkan bahwa gaji dan bonus pemain belum dibayarkan selama beberapa bulan.
Situasi ini bahkan menyebabkan beberapa pemain mogok latihan sebagai bentuk protes terhadap manajemen klub.
Direktur Utama PSM Makassar, Sadikin Aksa, mengakui adanya kendala keuangan yang menyebabkan penundaan pembayaran gaji.
Ia menjelaskan bahwa beban finansial klub meningkat setelah meraih juara Liga 1 musim sebelumnya, dengan banyak pemain yang kontraknya naik dan pengeluaran tak terduga lainnya, termasuk renovasi Stadion Gelora BJ Habibie di Parepare.
Namun, ia menegaskan bahwa manajemen berkomitmen untuk menyelesaikan masalah ini dan memastikan gaji pemain dan staf dibayarkan tepat waktu.
Menurut laporan, total tunggakan gaji PSM Makassar mencapai Rp571 juta dan 24.500 dolar AS.
Situasi ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan penggemar dan komunitas sepak bola Indonesia mengenai masa depan klub yang berjuluk "Juku Eja" ini.
Pihak operator liga, PT Liga Indonesia Baru (LIB), telah menyatakan bahwa kasus tunggakan gaji di PSM Makassar menjadi perhatian serius dan akan ditindaklanjuti sesuai dengan regulasi yang berlaku.
Persija Jakarta
Pada musim 2024/2025, beberapa pemain dilaporkan mengalami keterlambatan pembayaran gaji hingga dua hingga tiga bulan.
Isu ini mencuat setelah penyerang Gustavo Almeida mengungkapkan adanya masalah internal dalam tim, yang diduga berkaitan dengan keterlambatan pembayaran gaji.
Pelatih Carlos Pena juga mengonfirmasi adanya masalah internal, meskipun ia enggan merinci penyebabnya.
Sebagai respons terhadap situasi ini, Ketua Umum The Jakmania, Diky Soemarno, menyatakan bahwa manajemen Persija telah berkomitmen untuk segera menyelesaikan tunggakan gaji pemain.
Ia juga menekankan pentingnya komunikasi yang baik antara manajemen dan pemain untuk menyelesaikan masalah ini.
Sebelumnya, pada tahun 2015, Persija Jakarta juga pernah mengalami masalah serupa.
Saat itu, gaji pemain selama empat bulan belum dibayar, dan manajemen klub menunggu kepastian turnamen Piala Indonesia Satu untuk menyelesaikan masalah tersebut.
PSIS Semarang
PSIS Semarang menghadapi krisis finansial serius pada musim 2024/2025 akibat penunggakan gaji pemain yang berdampak pada performa tim dan status kompetisi mereka.
Sejak awal tahun 2025, sejumlah pemain PSIS Semarang mengungkapkan bahwa gaji mereka belum dibayar.
Kapten tim, Septian David Maulana, menyatakan bahwa gajinya untuk bulan Januari belum dibayar, dan pembayaran untuk Februari hingga April juga belum diterima.
Pemain lain, seperti Riyan Ardiansyah, mengalami keterlambatan gaji selama dua bulan terakhir.
Sementara itu, mantan pemain asing seperti Evandro Brandao dan Roger Bonet mengungkapkan bahwa mereka belum menerima gaji selama lebih dari empat bulan sebelum memutuskan untuk meninggalkan klub.
Akibat masalah keuangan ini, PSIS Semarang mengalami penurunan performa yang signifikan dan akhirnya terdegradasi ke Liga 2 pada akhir musim 2024/2025.
CEO PSIS, Yoyok Sukawi, mengakui masalah ini dan berjanji untuk segera melunasi tunggakan gaji pemain.
Ia menyatakan bahwa manajemen telah berupaya mencari investor baru dan mengkonversi saham untuk membayar utang, namun hingga saat ini belum ada solusi yang memadai.
Sriwijaya FC
Sriwijaya FC, klub sepak bola asal Palembang, kembali menghadapi masalah finansial serius pada musim kompetisi Liga 2 2024/2025.
Tunggakan gaji pemain, pelatih, dan ofisial tim mencapai lebih dari Rp1,5 miliar, menjadikan klub ini sebagai yang tertinggi dalam daftar tunggakan di kasta kedua Indonesia.
Pada Januari 2025, manajemen Sriwijaya FC melalui CEO Digi Sport, Anggoro Prajesta, mengonfirmasi bahwa mereka baru mampu membayar satu bulan gaji dari total empat bulan yang tertunggak.
Pembayaran tersebut berasal dari pinjaman yang diusahakan oleh pihak Digi Sport.
Meskipun demikian, hingga April 2025, beberapa pemain seperti kapten tim Tegar Hening Pangestu melaporkan bahwa gaji mereka masih belum dibayar.
Pemain yang keluar saat bursa transfer juga belum menerima pembayaran, dan upaya komunikasi dengan manajemen untuk mencari solusi tidak membuahkan hasil.
Sebagai langkah lanjutan, manajemen Sriwijaya FC berjanji akan segera menyelesaikan tunggakan gaji pemain dan uang muka (DP) yang belum dibayarkan.
Namun, mereka juga menegaskan bahwa penyelesaian ini memerlukan waktu dan proses, serta harus diselesaikan secara bersamaan dengan kewajiban finansial lainnya.
Gresik United
Pada musim 2024/2025, klub yang dikenal dengan julukan Laskar Joko Samudro ini tercatat memiliki tunggakan gaji pemain sebesar Rp351.019.300.
Hal itu menempatkan Gresik United di posisi kelima dalam daftar tunggakan gaji klub-klub Liga 2 Indonesia musim tersebu.
Masalah keuangan bukanlah hal baru bagi Gresik United. Pada musim 2017, klub ini juga mengalami tunggakan gaji terhadap 22 pemainnya.
Namun, pada musim 2023/2024, manajemen baru yang dipimpin oleh PT Gresik Usaha Sejahtera (GUS) berhasil melunasi tunggakan tersebut dengan total Rp160 juta, sebagai bagian dari komitmen mereka untuk memperbaiki kondisi finansial klub.
Tunggakan gaji yang belum diselesaikan pada musim 2024/2025 berdampak negatif terhadap performa tim. Gresik United gagal bertahan di Liga 2 dan terdegradasi ke Liga Nusantara pada akhir musim.
Manajemen Gresik United berkomitmen untuk menyelesaikan tunggakan gaji pemain dan memperbaiki kondisi finansial klub.
Langkah-langkah konkret seperti mencari investor baru dan meningkatkan transparansi keuangan diharapkan dapat membantu klub bangkit dan kembali ke jalur profesionalisme. (fun/apr)