Sederet Artis Indonesia di Dunia Hiburan yang Idap Penyakit Mental, Ada Bipolar hingga OCD
Ariel Tatum Masuk Daftar

ARTIS INDONESIA - Para Artis Indonesia di Dunia Hiburan yang Idap Penyakit Mental (Foto: Instagram @narinkovilda dan @rachelvennya)
AVNMEDIA.ID - Kesehatan mental kini semakin menjadi perhatian di berbagai lintas masyarakat, tak terkecuali bagi para artis Indonesia di dunia hiburan.
Ternyata, terdapat sederet artis Indonesia di dunia hiburan yang mengidap penyakit mental.
Beberapa nama di antaranya pun merupakan artis Indonesia terkenal, yang namanya tak asing lagi di kancah dunia hiburan.
Mulai dari bipolar, depresi, kecemasan, dan lainnya menjadi beragam jenis penyakit mental yang diidap oleh para artis Indonesia di dunia hiburan Tanah Air ini.
Penasaran, siapa saja artis Indonesia di dunia hiburan Tanah Air yang mengidap penyakit mental? dan penyakit mental jenis apakah yang mereka idap? Simak informasinya berikut ini!
Para Artis Indonesia di Dunia Hiburan yang Idap Penyakit Mental
1. Rachel Vennya (Bipolar)
Rachel Vennya, seorang ibu dengan dua anak, secara terbuka mengungkap bahwa dirinya mengidap bipolar disorder pada tahun 2021 melalui sebuah video yang ia unggah di kanal YouTube miliknya.
Dalam pengakuan tersebut, ia menyatakan tekadnya untuk pulih dari gangguan mental yang dialaminya.
Bahkan, setahun sebelumnya, pada 2020, Rachel sempat menghebohkan publik dengan pengumuman di media sosial mengenai diagnosis bipolar yang diterimanya.
Ia juga mengisahkan bahwa sejak kecil dirinya kerap kesulitan mengendalikan emosi.
Saat mengalami episode kambuhan, ia bisa menangis secara tiba-tiba hingga menyakiti diri sendiri.
2. Marshanda (Bipolar)
Perjalanan Marshanda menghadapi isu kesehatan mental mulai menjadi perhatian publik sejak tahun 2009.
Saat itu, sebuah video dirinya sedang bernyanyi, menari, dan meluapkan amarah terhadap teman-teman semasa sekolah beredar luas di dunia maya.
Tak lama setelah itu, Marshanda diketahui mengidap bipolar disorder dan hingga kini masih menjalani proses pengobatan.
Gangguan bipolar, yaitu kondisi mental yang ditandai dengan perubahan suasana hati, energi, dan emosi yang sangat drastis, pernah menjadi tantangan besar bagi Marshanda.
Ia mengaku butuh waktu sekitar empat tahun untuk bisa menerima kenyataan bahwa dirinya mengidap gangguan tersebut.
Namun, seiring waktu dan proses pembelajaran, ia mulai memahami dan menerima keadaannya.
"Stabil itu sulit banget. Kalau lagi kambuh, orang bipolar bisa merasa sangat bahagia, energinya tinggi, jadi sangat sensitif, ngomongnya cepat banget," ungkapnya.
Ia menambahkan bahwa titik baliknya terjadi saat ia mulai mendalami psikologi, mengikuti kelas konseling, dan mengambil pendidikan hipnoterapi.
Dari situ, ia mulai mempelajari lebih dalam mengenai bipolar disorder yang ia alami.
3. Vidi Aldiano (Anxiety)
Di balik suara merdunya di atas panggung, Vidi Aldiano ternyata menyimpan kisah tentang perjuangannya melawan gangguan kecemasan.
Sejak tahun 2019, ia mengaku mengalami anxiety attack yang cukup mengganggu aktivitasnya sebagai musisi.
Bahkan, pernah di suatu kesempatan, rasa panik yang intens membuatnya pingsan sebelum tampil dan harus dilarikan ke IGD. Kondisi ini bukan hanya terjadi sesekali.
Dalam wawancaranya di kanal YouTube Daniel Mananta Network, Vidi menceritakan bahwa selama tahun 2019, hampir setiap hari ia mengalami gejala berat, seperti menangis tanpa sebab, sesak napas, dan kesulitan mengendalikan suasana hati.
Pengalaman itu membuatnya terus menjalani sesi konsultasi dengan dokter untuk memahami lebih dalam penyebab sekaligus cara mengatasi gangguan tersebut.
Sebagai bentuk refleksi dari perjuangannya, Vidi menciptakan lagu bertajuk “Bertahan Lewati Senja”, yang terinspirasi dari pengalaman pribadi menghadapi gangguan mental.
Selain itu, ia juga harus menghadapi tantangan kesehatan lain, yakni hidup hanya dengan satu ginjal setelah divonis mengidap kanker.
Meskipun begitu, Vidi tetap berusaha kuat dan terus berkarya.
4. Awkarin (Depresi)
Awkarin, atau yang dikenal dengan nama aslinya Karin Novilda, pernah mengalami masa-masa kelam akibat perundungan di media sosial.
Ia mengaku bahwa tekanan tersebut membuatnya jatuh ke dalam depresi, dan tidak mudah baginya untuk sekadar membagikan perasaan atau menuliskan apa yang ia rasakan.
Namun, ia bersyukur karena mendapat dukungan dari orang-orang terdekat yang membantunya melalui masa sulit itu.
Sejak masa SMA, Awkarin telah bergulat dengan gangguan kesehatan mental.
Ia pernah beberapa kali dirawat di rumah sakit akibat percobaan bunuh diri.
Cerita tersebut pernah ia bagikan secara terbuka melalui video berjudul "I QUIT INSTAGRAM" di kanal YouTube miliknya, dengan harapan agar orang-orang bisa lebih memahami pentingnya kesadaran terhadap kesehatan mental dan menghindari kejadian tragis akibat ketidaktahuan atau stigma.
Belakangan, Awkarin juga menyampaikan bahwa dirinya sempat didiagnosis mengidap mild bipolar disorder, atau bipolar ringan.
Dalam kondisi terburuknya, ia bahkan sempat berada di titik nyaris mengakhiri hidup.
Gangguan ini juga membuatnya mengalami kesulitan tidur, hingga akhirnya ia memutuskan untuk menjalani terapi dan berkonsultasi secara rutin dengan psikolog.
Saat ini, kondisinya sudah jauh lebih stabil dan ia terus berusaha menjaga kesehatannya, baik fisik maupun mental.
5. Aliando Syarief (OCD)
Aliando Syarief sempat menarik diri dari dunia hiburan, dan belakangan mengungkap alasan di balik keputusannya itu.
Pada awal tahun 2022, ia didiagnosis mengidap gangguan obsesif kompulsif atau Obsessive Compulsive Disorder (OCD) dalam tingkat yang cukup parah.
Kondisinya saat itu begitu berat hingga menghambat aktivitas sehari-hari, termasuk pekerjaannya di industri hiburan.
Aktor yang dikenal lewat sinetron "Ganteng-Ganteng Serigala" ini menyampaikan bahwa OCD ekstrem yang ia alami membuatnya merasa pikirannya tidak sinkron dan terus-menerus diliputi dorongan untuk mengulang berbagai aktivitas akibat pikiran intrusif.
Bahkan, ia sempat berpikir bahwa jika tidak mengikuti dorongan obsesif itu, sesuatu yang buruk akan terjadi.
Ternyata, gejala OCD ini bukan hal baru baginya.
Aliando mengaku pernah mengalami hal serupa saat masih duduk di bangku kelas 2 SD.
Namun, gangguan itu kembali muncul secara intens selama dua tahun, yakni pada 2019 hingga 2020.
“Selama dua tahun itu, aku merasa seperti enggak bisa ngapa-ngapain. Rasanya sulit dijelaskan ke orang lain. Pikiran kayak mengganggu terus, dan kadang disuruh ulang-ulang saat lagi ngelakuin sesuatu,” ujarnya.
6. Ariel Tatum (BPD)
Ariel Tatum pernah mengalami Borderline Personality Disorder (BPD) atau gangguan kepribadian ambang sejak masih remaja.
Ia pertama kali merasakan gejalanya saat berusia 13 tahun dan mendapat diagnosis resmi ketika menginjak usia 16 atau 17 tahun.
Gangguan ini sempat membuatnya mengambil jeda panjang dari dunia hiburan, hingga akhirnya ia membuka kisahnya kepada publik beberapa tahun lalu.
BPD merupakan gangguan mental yang ditandai dengan ketidakstabilan emosi, perilaku, serta hubungan interpersonal.
Ariel menjelaskan bahwa kondisi ini membuatnya sering mengalami kesulitan dalam mengatur emosi, menghadapi perubahan suasana hati yang ekstrem, dan krisis kepercayaan diri.
Dalam salah satu pengakuannya, ia mengungkap pernah mencoba mengakhiri hidup di usia 13 tahun dan juga sempat melukai diri dengan benda tajam.
Sebagai seseorang yang kini lebih memahami kondisinya, Ariel memilih untuk bersuara agar orang lain yang mengalami hal serupa tidak merasa sendiri.
Melalui kampanye “Let’s End the Shame”, ia mengajak masyarakat untuk mulai terbuka mengenai kesehatan mental dan menghentikan stigma yang selama ini melekat.
“Aku ingin membantu masyarakat Indonesia mematahkan stigma bahwa membicarakan kesehatan mental itu tabu. Justru sudah saatnya kita berani bicara dan saling mendukung,” ungkapnya.
7. Tora Sudiro (Tourette Syndrome)
Pada tahun 2017, saat menjalani proses penyelidikan terkait kasus penyalahgunaan obat bersama sang istri, Mieke Amalia, terungkap bahwa Tora Sudiro mengidap Tourette Syndrome.
Gangguan neuropsikiatrik ini ditandai dengan kemunculan gerakan atau ucapan tiba-tiba yang tidak bisa dikendalikan, dikenal sebagai tic.
Kondisi ini biasanya dipicu oleh stres, rasa cemas, kelelahan, atau semangat yang berlebihan.
Tourette Syndrome menyebabkan penderitanya mengalami ledakan gerakan atau suara secara spontan yang sulit mereka kendalikan.
Dalam kasus Tora, gejala tersebut menjadi salah satu alasan dirinya mengalami stres berat hingga kesulitan tidur.
Ketika ditangkap di kediamannya oleh Satuan Narkoba Polres Metro Jakarta Selatan, polisi menyita 30 butir obat yang kemudian diidentifikasi sebagai dumolid, sebuah obat penenang yang biasa digunakan untuk mengatasi gangguan kecemasan dan insomnia.
Tora mengaku menggunakan obat tersebut sebagai cara untuk menghadapi tekanan mental dan gangguan tidur yang ia alami.
Penutup
Isu kesehatan mental semakin sering menjadi perbincangan, terutama setelah banyak artis Indonesia mulai terbuka tentang perjuangan mereka menghadapi penyakit mental.
Di balik gemerlap dunia hiburan, tidak sedikit publik figur artis Indonesia yang diam-diam bergulat dengan penyakit mental yang memengaruhi kehidupan pribadi dan profesional mereka.
Sayangnya, stigma terhadap penderita penyakit mental masih sangat kuat di masyarakat.
Mereka yang mengalami penyakit mental sering kali disalahpahami, dijauhi, bahkan dianggap lemah.
Padahal, seperti halnya penyakit fisik, kondisi kejiwaan dan kesehatan mental juga membutuhkan perhatian medis dan dukungan sosial yang memadai.
Sebagai masyarakat, sudah seharusnya kita mulai menunjukkan empati, dengan menjadi pendengar yang baik, tidak menghakimi, dan mendorong mereka yang mengidap penyakit mental untuk mencari bantuan profesional, seperti psikolog atau psikiater.
Terutama di lingkungan, seperti dunia hiburan, di mana tekanan tinggi sering kali menjadi pemicu penyakit mental, dukungan dari sekitar menjadi sangat penting.
Mari bersama-sama membangun kesadaran bahwa menjaga kesehatan mental adalah bagian dari hidup sehat secara menyeluruh.
Mulailah membangun kesehatan mental dari tindakan sederhana dengan peduli, mendengarkan, dan menyebarkan kebaikan.
Dengan begitu, kita bisa membantu menciptakan ruang yang lebih aman dan ramah bagi siapa pun yang sedang berjuang demi kesehatan mental. (apr)