Kini Telah Bangkrut, Ini Daftar Sponsor Raksasa yang Pernah Warnai Jersey Klub Top Dunia

POTRET - Logo Perusahaan di jersey Newcastle (Foto: Dok. Independent)
AVNMEDIA.ID - Di era sepak bola modern, logo sponsor di dada jersey bukan cuma elemen dekoratif, mereka adalah sumber napas finansial utama bagi klub.
Dahulu, deretan perusahaan raksasa berlomba menempelkan nama mereka di jersey klub-klub elite Eropa hingga berbagai penjuru dunia.
Namun, seiring berjalannya waktu, tak sedikit dari nama-nama besar itu justru tenggelam, terseret krisis ekonomi, skandal internal, atau kesalahan strategi yang membuat mereka lenyap dari panggung sepak bola dunia.
Melansir Hvsmedia.id, nama-nama seperti BenQ, Parmalat, hingga AIG pernah terpampang di lapangan hijau sebelum akhirnya runtuh.
Kejatuhan mereka tidak hanya berdampak pada industri, tapi juga menyisakan jejak dalam sejarah sepak bola.
Berikut sponsor-sponsor besar yang dulu pernah merajai jersey klub sepak bola, namun kini telah runtuh.
1. Alpari
Alpari, broker forex internasional, pernah mencapai puncak popularitas lewat kemitraan dengan West Ham United.
Pada Februari 2013, Alpari (UK) menyegel kontrak sponsor tiga tahun senilai sekitar £3 juta per tahun, sekaligus mendapatkan hak penamaan untuk West Stand di Upton Park, menjadikannya sorotan terhadap bank eksposur retail mereka.
Namun, kejayaan itu runtuh drastis pada Januari 2015, saat Swiss National Bank (SNB) mendadak mencabut batas nilai franc terhadap euro.
Perubahan kebijakan ini memicu lonjakan volatilitas franc melonjak sekitar 30%, sehingga sebagian besar klien Alpari mengalami kerugian yang dibebankan kepada perusahaan.
Alpari UK pun mengajukan administrasi khusus dan dinyatakan pailit oleh pengadilan Lang Inggris pada 19 Januari 2015.
Akibatnya, logo Alpari menghilang dari kaos West Ham serta klub West Ham sempat kehilangan pendapatan hingga £4 juta, sisa dari nilai kontrak yang gagal terealisasi.
2. Northern Rock
Pada awal 2000-an, Northern Rock menjadi sorotan publik karena inovasi agresif dalam pembiayaan perumahan.
Pada 2003, mereka melakukan langkah besar dengan menggandeng Newcastle United sebagai sponsor utama jersey, simbol kuat kebanggaan regiona.
Pada Januari 2010, Northern Rock menandatangani ulang kontrak 4+ tahun senilai £10 juta untuk menghiasi jersey sampai 2014, dan bahkan memperpanjang kerja sama dengan stadion St James’ Park.
Namun skenario berubah cepat setelah bank menghadapi krisis likuiditas di 2007–2008.
Ketika terjadi bank run pertama sejak 150 tahun terakhir di Inggris, Northern Rock segera meminta bantuan pemerintah, dan akhirnya dinasionalisasi pada 2008.
Meskipun masih melanjutkan sponsorship sementara, mereka pada November 2011 memilih keluar dari kontrak lebih awal atas alasan efisiensi biaya marketing.
3. AIG
Pada April 2006, Manchester United mengumumkan kontrak sponsor jersey empat tahun dengan American International Group (AIG), senilai sekitar £56,5 juta atau US$100 juta, menjadikan AIG sebagai sponsor terbesar di dunia sepak bola saat itu.
Logo AIG pun menghiasi dada seragam Manchester United selama periode kejayaan klub di bawah Sir Alex Ferguson.
Namun, masa kejayaan AIG tak bertahan lama, pada September 2008, perusahaan asuransi raksasa ini ambruk akibat risiko ekstrem dari produk derivatifnya, termasuk credit default swaps.
Pemerintah AS pun turun tangan dengan bailout senilai US$150–180 miliar untuk mencegah kehancuran sistemik.
Akibat krisis tersebut, AIG mengumumkan pada Januari 2009 akan menghentikan kontrak sponsor Manchester United yang seharusnya berlanjut hingga Mei 2010.
Sejatinya, Manchester United menerima sekitar US$19 juta per tahun dari kolaborasi tersebut.
Penghentian secara tiba-tiba ini memaksa Manchester United bergerak cepat untuk mencari sponsor baru.
4. BenQ
Pada November 2005, BenQ Corporation perusahaan elektronik besar asal Taiwan mengakuisisi divisi ponsel Siemens Mobile dan segera menegosiasikan kesepakatan sponsor besar dengan Real Madrid.
Nilai kontrak berdurasi lima tahun itu diperkirakan mencapai US$117,9 juta dengan total ±US $23,5 juta per tahun, sekaligus memberikan BenQ-Siemens hak branding di Santiago Bernabeu.
Namun, ambisi ini segera terkikis, pada 29 September 2006, BenQ Mobile unit ponsel yang berbasis di Jerman mengajukan kebangkrutan, saat induknya menghentikan pendanaan akibat penjualan yang mengecewakan dan kerugian lebih dari €600 juta.
Sebulan sebelumnya, pengadilan di Munich sudah mengumumkan langkah perlindungan keuangan untuk BenQ Mobile, dan penutupan produksi di beberapa pabrik dilaporkan akan segera dilakukan.
Akibatnya, kerjasama sponsor Real Madrid hanya berlangsung satu musim penuh 2006–2007 meskipun kontrak awal dirancang hingga 2010.
5. Parmalat
Parmalat lahir pada 1961 di Parma, Italia, dan berkembang pesat hingga menjadi salah satu perusahaan susu terbesar di dunia.
Keberhasilan globalnya meningkatkan eksposur brandnya melalui sponsor sepak bola.
Di era 1980–1990-an, Parmalat memasang logo di kaos juara Real Madrid 1985–89, serta menjadi pemilik sekaligus sponsor utama Parma Calcio sejak awal 1990-an.
Skema ini terbukti efektif nama dan identitas perusahaan melekat kuat, diiringi tiga gelar UEFA Cups, Cup Winners’ Cup, dan Super Cup selama dekade tersebut.
Namun, semua berubah dramatis pada Desember 2003 saat kenyataan mencuat jika Parmalat menyimpan hutang €14 miliar kebangkrutan terbesar sejak Enron di Eropa.
Skandal penipuan akuntansi melibatkan pendiri Calisto Tanzi, yang akhirnya dijatuhi hukuman penjara lebih dari satu dekade.
Kejatuhan Parmalat pun menyeret klub Parma ke jurang finansial, mereka dikapitalisasi dan dijual pada 2007 setelah harus menjual pemain bintang seperti Crespo, Buffon, dan Thuram untuk menutupi kerugian.
6. Flybe
Flybe, maskapai regional terbesar di Eropa yang berkantor pusat di Exeter, mulai menjadi sponsor utama jersey Exeter City sejak 2003.
Kemitraan ini berlangsung selama 17 tahun, menjadikannya salah satu kontrak sponsor terlama di English Football League.
Peran Flybe bahkan tak sekadar logo di kaos mereka membantu mendukung klub melalui promosi lokal, fasilitas perjalanan, dan keterlibatan komunitas.
Selain Exeter, Flybe juga mensponsori klub lain seperti Norwich City 2006–2008, Birmingham City 2003–2007, Southampton 2006–2010, dan Inverness Caledonian Thistle 2007–2010.
Nilai ekonomi sponsorship ini agak berbeda untuk Exeter diperkirakan sekitar £50 000 per tahun, namun bagi klub Championship, nilai ini jauh lebih signifikan.
Namun, langit tak selalu cerah, pada 5 Maret 2020, Flybe mendadak bangkrut setelah gagal mendapatkan dukungan pendanaan pemerintah sebagian dipicu oleh dampak pandemi COVID‑19.
Akibatnya, kontrak dengan Exeter berakhir otomatis, dan klub segera beralih ke Carpetright sebagai sponsor baru. (fun/apr)