Indonesia Bidik Transaksi Karbon USD 1 Miliar di COP30, EBC Soroti Peluang dan Tantangannya

ILUSTRASI - Pemerintah menawarkan sekitar 90 juta ton kredit karbon dari berbagai proyek berbasis alam maupun teknologi. Indonesia memosisikan diri sebagai “jembatan hijau” bagi investor global, memanfaatkan kekuatannya sebagai negara pemilik hutan tropis terbesar ketiga di dunia/ Pexels

AVNMEDIA.IDKonferensi Perubahan Iklim COP30 di Belém menghadirkan lebih dari 50.000 peserta dari 190 negara, mulai dari diplomat hingga pakar iklim.

Di tengah proyeksi kenaikan suhu global 2–3°C pada 2100, agenda aksi iklim menjadi semakin mendesak.

Tahun ini, perhatian investor global tertuju pada peluang pembiayaan karbon, termasuk langkah Indonesia yang mulai memonetisasi aset karbon berkualitas tinggi.

Kepala APAC EBC Financial Group, Samuel Hertz, mengatakan bahwa COP30 menjadi titik temu antara komitmen iklim dan realitas pasar.

Kesenjangan pembiayaan negara berkembang—sekitar USD 1,4 triliun per tahun—masih jauh dari komitmen negara maju yang baru mencapai USD 300 miliar.

“Bagaimana janji-janji ini diwujudkan akan menentukan arah investasi dan harga karbon ke depan,” ujarnya dalam keterangan diterima Avnmedia.id

Target Ambisius Indonesia: 90 Juta Ton Kredit Karbon

Menteri Lingkungan Hidup, Hanif Faisol Nurofiq, menargetkan transaksi kredit karbon senilai USD 1 miliar selama COP30.

Pemerintah menawarkan sekitar 90 juta ton kredit karbon dari proyek berbasis alam dan teknologi, dengan posisi Indonesia sebagai “jembatan hijau” bagi investor global.

Langkah ini sejalan dengan kekuatan Indonesia sebagai pemilik ekosistem hutan tropis terbesar ketiga di dunia, pasar karbon domestik yang terus berkembang, serta hubungan internasional yang semakin aktif dalam isu iklim.

Namun, sejumlah kelompok lingkungan mengingatkan bahwa perdagangan karbon berskala besar harus diikuti standar integritas tinggi.

Tanpa aturan yang jelas mengenai tambahan (additionality), keberlanjutan, dan pengurangan emisi nyata, perdagangan kredit karbon berisiko menjadi greenwashing.

“Tanpa roadmap pengurangan bahan bakar fosil, kredit karbon bisa menjadi instrumen pasar tanpa dampak emisi yang bermakna,” kata Hertz.

 

Program “Lindungi Amazon dengan Setiap Transaksi”

Sebagai bagian dari komitmen keberlanjutan, EBC Financial Group meluncurkan inisiatif “Lindungi Amazon Melalui Setiap Transaksi.”

Melalui program ini, setiap transaksi yang memenuhi syarat akan dikonversi ke donasi bagi mitra konservasi hutan hujan Amazon — tanpa biaya tambahan bagi trader.

Program tersebut berpotensi memberikan dampak nyata, di antaranya:

  • melindungi hingga 1.282 hektar hutan hujan,
  • mengonservasi sekitar 875.641 pohon,
  • mencegah hampir 294.871 ton CO₂ dari pelepasan ke atmosfer.

Inisiatif ini juga akan diperluas ke berbagai proyek konservasi global bersertifikasi tinggi, sesuai tren meningkatnya integrasi antara sektor keuangan dan keberlanjutan lingkungan.

Tropical Forests Forever Facility: Terobosan Pendanaan Global

Lokasi COP30 yang berada di tepi hutan Amazon memberikan momentum penting untuk meluncurkan Tropical Forests Forever Facility (TFFF), inisiatif baru yang dipimpin Brasil untuk mendukung perlindungan hutan tropis dunia.

Program ini terbuka bagi lebih dari 70 negara berhutan tropis dan menargetkan:

  • kontribusi awal publik sebesar USD 25 miliar,
  • potensi investasi lanjutan hingga USD 100 miliar dari sektor swasta,
  • pembayaran tahunan sekitar USD 4 miliar,
  • minimal 20% dana langsung dialokasikan untuk masyarakat adat dan komunitas lokal.

TFFF dirancang untuk menjaga ekosistem penting seperti Amazon, Hutan Atlantik, serta hutan di lembah Kongo dan Mekong.

Skema pendanaannya menawarkan model baru investasi berkelanjutan yang menggabungkan keuangan global dengan konservasi alam.

Indonesia memiliki peran signifikan dalam konteks ini. Hutan hujan tropis Indonesia mencakup 15% dari total hutan tropis global, sementara lahan gambutnya menyimpan 57 miliar ton karbon — lebih dari dua kali cadangan karbon minyak yang terbukti di Timur Tengah.

Potensi besar inilah yang menempatkan Indonesia sebagai salah satu aktor utama dalam agenda pasar karbon dan keuangan iklim dunia. (jas)

 

Related News
Recent News
image
Business Anti Angin Angin Club Fest 2025 Siap Goyang 5 Kota: Musik, Energi, dan Kehangatan Jahe Merah
by Adrian Jasman2025-10-30 11:06:08

Bejo Jahe Merah gelar Anti Angin Angin Club Fest 2025 di 5 kota, hadirkan musisi top dan energi posi

image
Business Belajar dari Kesalahan, Tips Upbit Indonesia Biar Investor Gak Kena Jebakan Volatilitas Bitcoin
by Adrian Jasman2025-10-29 09:56:24

Upbit Indonesia bagikan tips biar investor kripto gak panik hadapi volatilitas Bitcoin.