EBC Financial Group Kupas Perubahan Ekonomi Indonesia di Era Prabowo

EBC Financial Group (EBC) mengupas perkembangan ini, memberikan wawasan bagi para pelaku pasar yang menavigasi medan ekonomi Indonesia yang terus berkembang/ HO
AVNMEDIA.ID - Sebagai negara dengan populasi terbesar keempat di dunia dan ekonomi terbesar di Asia Tenggara, Indonesia mengalami tahun yang penting pada tahun 2024, ditandai dengan pemilihan presiden yang bersejarah dan perubahan kebijakan ekonomi yang signifikan.
Terpilihnya Prabowo Subianto sebagai presiden telah mengantarkan reformasi fiskal dan ekonomi yang ambisius, yang menciptakan efek berantai di seluruh lanskap keuangan Indonesia.
Dengan implikasi yang luas untuk pasar mata uang, obligasi pemerintah, dan ekuitas, perubahan tersebut menandakan peluang baru bagi para pedagang dan investor saat mereka bersiap untuk tahun 2025.
EBC Financial Group (EBC) mengupas perkembangan ini, memberikan wawasan bagi para pelaku pasar yang menavigasi medan ekonomi Indonesia yang terus berkembang.
Pemilu 2024 ditutup dengan kemenangan telak Prabowo Subianto, yang meraup 58% suara nasional.
Pemerintahannya sejak saat itu telah menguraikan serangkaian program ekonomi yang ambisius, termasuk inisiatif Makanan Bergizi Gratis senilai $28 miliar yang ditujukan untuk anak-anak dan ibu hamil, yang bertujuan untuk mengatasi defisit gizi di seluruh negeri.
Meskipun rencana ini dipuji karena dampak sosialnya, rencana ini juga disertai dengan tantangan fiskal yang signifikan.
Pemerintah Indonesia telah meluncurkan paket bantuan sosial dengan nilai fantastis mencapai Rp. 827 triliun (sekitar $51,65 miliar) untuk meredam dampak kenaikan PPN atas barang tertentu dari 11% menjadi 12%, yang mulai berlaku pada 1 Januari 2025.
Barang-barang kebutuhan pokok tetap bebas pajak atau dikenakan tarif lebih rendah, menunjukkan upaya pemerintah untuk menyeimbangkan antara tujuan fiskal dan perlindungan konsumen.
Langkah ini bertujuan untuk menjaga daya beli masyarakat sekaligus mendukung proyek pembangunan besar, seperti pembangunan ibu kota baru, Ibu Kota Nusantara (IKN).
Menurut analisis EBC, meskipun langkah fiskal ini berpotensi mendongkrak pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek, ada kekhawatiran tentang tekanan likuiditas di pasar obligasi dalam jangka panjang, sehingga investor perlu memantau situasi ini dengan cermat.