Musik Kritik Pemerintah

.Feast hingga Methosa, Sederet Band dan Musisi Kekinian Suarakan Kritik Pemerintah Lewat Lagu

Ada Band Divokali Rina Rose

MUSIK - Sederet Band dan Musisi Kekinian Suarakan Kritik Pemerintah Lewat Lagu (Foto: Instagram @methosaverse dan @ffeastt)

AVNMEDIA.ID - Musik kembali menjadi ruang ekspresi kritis bagi para musisi Indonesia.

Tak hanya sekadar hiburan, lagu-lagu karya band dan musisi muda Indonesia kini menjelma menjadi medium kritik sosial yang lantang.

Dari lirik frontal hingga metafora puitis, sederet musisi kekinian berani menyentil kebijakan pemerintah, isu lingkungan, hingga praktik ketidakadilan yang dirasakan masyarakat sehari-hari.

Berikut beberapa band dan musisi kekinian suarakan kritik pemerintah lewat lagu.

Sederet Band dan Musisi Kekinian yang Suarakan Kritik Pemerintah Lewat Lagu

1. YEN aka Audijens ft. Sprachrohr – K*****Ku Menyembuhkan Semua

Dunia musik Indonesia kembali diramaikan dengan kehadiran karya kontroversial.

Lagu “K***** Ku Menyembuhkan Semua” milik YEN aka Audijens bersama Sprachrohr tengah viral di media sosial karena liriknya yang frontal dan sarat makna.

Meski menggunakan kata kasar yang dianggap tabu, lagu ini justru mengundang perbincangan luas.

Banyak yang menilai penggunaan bahasa provokatif tersebut merupakan bentuk satir dan kritik terhadap kondisi sosial serta praktik pemerintahan yang dirasa jauh dari harapan masyarakat.

Fenomena ini menegaskan bahwa musik masih menjadi medium efektif untuk menyuarakan keresahan publik.

YEN bukan satu-satunya musisi yang berani bersuara.

Sejumlah nama lain juga ikut lantang menyampaikan kritik lewat karya mereka.

2. Sukatani – Bayar Bayar Bayar

Band Sukatani, yang dikenal lewat lirik-lirik bernuansa kritik sosial, sempat menjadi sorotan setelah “dipaksa” memberikan klarifikasi dan menyampaikan permintaan maaf kepada institusi kepolisian melalui akun media sosial mereka pada 20 Februari 2024.

Lagu mereka berjudul “Bayar Bayar Bayar”, yang dituding menyinggung praktik pungutan saat berurusan dengan polisi, pun terpaksa ditarik dari berbagai platform musik.

Namun, justru setelah klarifikasi itu, karya-karya Sukatani makin meluas dan diputar di banyak tempat sebagai bentuk respons publik terhadap langkah aparat.

Sebelum video klarifikasi tersebut beredar, kabar sempat menyebutkan bahwa Sukatani hilang kontak dan dicegat di Banyuwangi usai manggung di Bali.

Isu lain juga menyebut, band ini sudah lama masuk dalam radar aparat sejak tampil di acara Hellprint Bandung, bahkan salah satu personelnya dikabarkan kehilangan pekerjaan sebagai guru akibat tekanan yang mereka alami.

3. .Feast

Grup musik .Feast dikenal sebagai salah satu band yang berani mengangkat isu sosial dan politik lewat karya-karyanya.

Lirik mereka sering kali menohok kebijakan pemerintah dan perilaku otoritas yang dianggap sewenang-wenang.

Tak heran, banyak lagu .Feast kerap diputar di tengah aksi demonstrasi atau dijadikan latar konten di media sosial yang membahas keresahan masyarakat Indonesia.

Berikut beberapa lagu .Feast yang sarat semangat perlawanan:

1) Peradaban

Terinspirasi dari tragedi pengeboman gereja di Surabaya tahun 2018, lagu ini lahir dari kegelisahan Baskara.

Isinya menolak segala bentuk pemaksaan kehendak satu kelompok terhadap kelompok lain.

2) Berita Kehilangan

Dengan lirik yang menyayat, lagu ini menyoroti berbagai tragedi kekerasan di Indonesia, dituturkan dari sudut pandang keluarga korban yang ditinggalkan.

3) Kami Belum Tentu

Sebuah seruan bagi generasi muda untuk peduli pada kondisi bangsa.

Lagu ini juga menjadi ajakan agar anak muda tidak takut bersuara.

4) Padi Milik Rakyat

Menggambarkan perjuangan rakyat kecil dalam menegakkan keadilan.

Liriknya penuh semangat perlawanan dan keberpihakan pada kaum tertindas.

5) Minggir!

Lagu ini menyindir para “pemain” media sosial yang gemar berbicara lantang meski tidak memiliki kompetensi pada isu yang dibicarakan.

6) Gugatan Rakyat Semesta

Mengusung energi protes, lagu ini mengajak pendengar untuk kritis terhadap kekuasaan. 

Liriknya dipenuhi simbol-simbol perlawanan yang berani.

7) Politrik

"Politrik" menyuarakan kemarahan terhadap para politikus yang manipulatif.

Isu-isu penting yang digoreng demi kepentingan pribadi dengan penuh intrik-intrik licik.

4. Barasuara – Guna Manusia

Lirik lagu Guna Manusia menggambarkan kegelisahan terhadap kondisi bumi yang kian memburuk, terutama soal penurunan permukaan tanah yang bisa memicu banjir besar di masa depan.

Inspirasi lagu tersebut hadir secara unik ketika Iga Massardi menyaksikan tayangan Mata Najwa yang tengah mengulas fenomena turunnya garis pesisir di wilayah DKI Jakarta.

Lagu ini menyoroti isu lingkungan berupa penurunan daratan (terutama di Jakarta), kemungkinan banjir besar, bagaimana manusia punya tanggung jawab terhadap kondisi bumi.

5. Methosa – Bangun Orang Waras

Grup band Methosa, yang berdiri sejak 2020, kembali hadir dengan gebrakan baru lewat single berjudul BOW (Bangun Orang Waras).

Band ini digawangi oleh lima personel, yakni Mansen Munthe (vokal), Rina Nose (vokal), Kelana Halim (bass), Agung (synthesizer), dan Dami (gitar).

Sejak awal, Methosa konsisten menghadirkan karya-karya dengan tema sosial yang kuat dan sarat pesan kritis.

Lewat BOW, Methosa menyalurkan keresahan mereka terhadap situasi bangsa yang semakin kompleks.

Lagu ini lahir dari keprihatinan mendalam atas perilaku korupsi, kolusi, dan nepotisme yang kian mengakar, baik di level pusat maupun daerah.

Pesan utama lagu ini jelas bahwa masyarakat tidak boleh hanya diam, melainkan perlu ikut mengawasi serta mengkritisi jalannya pemerintahan.

“Keserakahan para pemimpin seakan sudah tak terbendung lagi,” ungkap para personel Methosa, menegaskan alasan lahirnya karya ini.

Namun, perjalanan BOW tidak sepenuhnya mulus.

Beberapa media enggan memutarnya dengan alasan liriknya terlalu tajam dalam mengkritik penguasa.

Meski demikian, Methosa menegaskan bahwa lagu ini bukan ditujukan kepada individu tertentu, melainkan cerminan nyata dari keresahan publik.

Menanggapi penolakan itu, Methosa tetap tenang.

“Kami tidak berpikir soal cara menarik peminat. Musik kami akan mencari pendengarnya sendiri,” tutur Mansen Munthe.

6. Sisir Tanah (Bagus Dwi Danto) – Konservasi Konflik

Sisir Tanah adalah proyek musik solo yang lahir dari gagasan Bagus Dwi Danto sejak 2010. 

Nama ini diambil dari alat pertanian garu, simbol kesederhanaan sekaligus pengingat akan tanah yang memberi kehidupan.

Karya-karya Danto lewat Sisir Tanah kerap sarat makna sosial dan kritik tajam.

Salah satunya terlihat pada lagu “Konservasi Konflik”, yang mengisahkan berbagai tragedi bangsa, mulai dari kasus korupsi, pembunuhan jurnalis Fuad Muhammad Syafruddin alias Udin, hingga kisah buruh perempuan Marsinah yang tewas dibunuh.

Danto menuturkan, lagu tersebut ia tulis di Yogyakarta pada 2010 dengan lirik panjang, namun ajeg.

Danto berharap karya-karyanya bisa dipahami oleh siapa pun, sekaligus menyalakan keberanian untuk melawan ketidakadilan, bukan hanya bagi orang lain, tapi juga bagi dirinya sendiri.

Penutup

Itulah beberapa band dan musisi kekinian suarakan kritik pemerintah lewat lagu.

Fenomena ini menegaskan bahwa musik bukan sekadar alunan nada, melainkan juga cermin kegelisahan publik.

Suara-suara berani dari YEN, Sukatani, .Feast, Barasuara, Methosa, hingga Sisir Tanah menunjukkan bahwa musisi memiliki peran penting dalam menyuarakan realitas sosial.

Di tengah keterbatasan ruang kritik, karya-karya mereka menjadi pengingat bahwa seni masih bisa menjadi salah satu senjata paling ampuh untuk melawan ketidakadilan dan membangkitkan kesadaran kolektif.

(apr)

Related News
Recent News
image
Music Tembus Debut Idola K-Pop, 5 Anak Bangsa Ini Bawa Nama Indonesia ke Panggung Dunia
by Nayara Faiza2025-06-03 21:05:18

Dalam beberapa tahun terakhir, industri K-pop semakin inklusif dengan kehadiran talenta global, termasuk dari Indonesia

image
Music 11 Musisi Indonesia Sukses Tembus Panggung Musik Internasional
by Adrian Jasman2025-05-30 20:40:55

Dari nama-nama musisi Indonesia tembus pasar internasional itu, beberapa di antaranya sudah familiar di telinga penikmat musik, yakni Agnez Mo dan Anggun C. Samsi.