Dari Keluarga Sederhana, 5 Pemain Sepak Bola Indonesia Ini Buktikan Mimpi Besar Bisa Jadi Nyata

POTRET - Pratama Arhan (Foto: Instagram @pratamaarhan8)
AVNMEDIA.ID - Sepak bola tak sekadar tontonan, tapi juga harapan, terutama bagi anak-anak muda dari keluarga sederhana.
Di Indonesia, banyak pesepak bola berhasil menunjukkan bahwa kondisi ekonomi yang terbatas bukan penghalang untuk bermimpi besar.
Dengan kerja keras, ketekunan, dan tekad yang tak mudah padam, mereka membuktikan bahwa dari lapangan rumput bisa lahir masa depan yang lebih cerah, mengangkat harkat keluarga, sekaligus memberi inspirasi bahwa mimpi bisa jadi nyata meski berawal dari titik nol.
Melansir Hvsmedia.id, salah satunya adalah Evan Dimas Darmono, yang berasal dari keluarga sederhana dan berhasil meniti karier hingga menjadi pemain profesional.
Berikut adalah beberapa pemain sepak bola Indonesia yang berjuang dari nol hingga berhasil mengangkat derajat hidupnya melalui lapangan hijau.
1. Evan Dimas
Evan Dimas merupakan pesepak bola yang lahir di Surabaya dan tumbuh dari keluarga sederhana.
Ayah Evan Dimas bernama Condro Darmono bekerja sebagai satpam atau penjaga keamanan di sebuah kompleks perumahan elite di Surabaya dan juga berjualan sayur, dan ibunya, Ana merupakan seorang ibu rumah tangga.
Sebagai anak sulung dari empat bersaudara, Evan tumbuh dalam kondisi ekonomi yang terbatas, namun tekad dan semangatnya untuk sukses di dunia sepak bola membawanya meraih perubahan nasib.
Bahkan Evan Dimas meminta kepada ibunya untuk dibelikan sepatu, dan ingin masuk Sekolah Sepak Bola, namun ibunya melarangnya karena alasan takut Evan Dimas terjatuh.
Karena kerja keras Evan Dimas, akhirnya ibunya mendaftarkan dirinya di SSB Sakti di Kompleks TNI AL.
Kemudian, pada 2014, Evan Dimas menandatangani kontrak profesional dengan Bhayangkara FC dan turut berkontribusi dalam menjuarai Liga 1 pada tahun 2017.
Selain bermain di Indonesia, Evan Dimas juga sempat memperkuat klub Selangor FA di Malaysia dan beberapa klub besar lainnya di tanah air lainnya.
Tidak hanya itu, Evan Dimas turut masuk dalam daftar pemain Timnas Indonesia pada 2014.
2. Pratama Arhan
Pratama Arhan Alif Rifai, lahir pada 21 Desember 2001 di Blora, Jawa Tengah, adalah contoh inspiratif dari seorang pemain sepak bola Indonesia yang berhasil mengangkat derajat keluarganya melalui perjuangannya.
Pratama Arhan berasal dari keluarga sederhana, ibunya, Surati, bekerja sebagai pedagang sayur keliling, sementara ayahnya, Sutrisno, bekerja serabutan.
Mereka tinggal di rumah sederhana beralaskan tanah di Desa Sidomulyo, Kecamatan Banjarejo, Blora.
Kondisi ekonomi keluarga yang terbatas membuat Pratama Arhan sering kali kesulitan dalam memperoleh perlengkapan latihan.
Ibunya pernah berutang untuk membiayai pendaftaran turnamen sepak bola Pratama Arhan, dan sepatu pertama yang dibelikan untuknya hanya seharga Rp25.000, yang langsung rusak saat pertama kali dipakai.
Pratama Arhan memulai karier sepak bolanya di SSB Putra Mustika pada usia 11 tahun, kemudian pindah ke SSB Terang Bangsa, dan bergabung dengan PSIS Semarang pada 2018.
Pada 2020, Pratama Arhan dipromosikan ke tim utama PSIS Semarang, serta pada Piala AFF 2020 Pratama Arhan dinobatkan sebagai Pemain Muda Terbaik.
Karier internasionalnya dimulai pada 2020 bersama Timnas U-19, dan pada 2021, Pratama Arhan debut di Timnas senior.
3. Saddil Ramdani
Saddil Ramdani, lahir pada 2 Januari 1999 di Raha, Pulau Muna, Sulawesi Tenggara, berasal dari keluarga dengan kondisi ekonomi pas-pasan.
Sejak kecil Saddil Ramdani sudah menunjukkan minatnya kepada olahraga sepak bola.
Setelah menyelesaikan sekolah dasar, Saddil meninggalkan kampung halamannya menuju Kendari untuk berlatih di SSB Galasiswa.
Bakatnya menarik perhatian pencari bakat, dan pada 2012 Saddil Ramdani bergabung dengan Aji Santoso International Football Academy (ASIFA) di Malang, Jawa Timur, di bawah bimbingan mantan kapten Timnas Indonesia, Aji Santoso.
Meskipun berasal dari keluarga kurang mampu, Saddil Ramdani tidak menyerah untuk mewujudkan mimpinya menjadi pesepakbola profesional.
Saddil Ramdani bahkan sempat berjualan bambu untuk sekadar memiliki sepatu sepak bola.
Perjuangan dan kerja kerasnya membuahkan hasil pada usia 17 tahun, Saddil Ramdani bergabung dengan Persela Lamongan dan mencetak gol debut yang menentukan kemenangan tim.
Setelah itu Saddil Ramdani bermain untuk klub Indonesia dan Malaysia, serta memperkuat Timnas Indonesia di berbagai level.
4. Witan Sulaeman
Witan Sulaeman merupakan pesepak bola yang lahir di Palu dan dari keluarga sederhana.
Ayahnya adalah seorang penjual sayur yang juga mengelola usaha air isi ulang.
Witan Sulaeman memulai perjalanan sepak bolanya di SSB Galara pada 2013, kemudian melanjutkan pendidikan dan pelatihan di Sekolah Khusus Olahraga (SKO) Ragunan di Jakarta hingga 2019.
Pada 2019, Witan Sulaeman menandatangani kontrak profesional pertamanya dengan PSIM Yogyakarta di Liga 2.
Witan Sulaeman juga sempat bergabung untuk tim luar negeri sebelum kembali ke Indonesia dan bergabung dengan Persija Jakarta.
Di level internasional, Witan Sulaeman menjadi bagian dari Timnas Indonesia dan turut mencetak gol penting dalam pertandingan-pertandingan.
Kesuksesan Witan Sulaeman di dunia sepak bola di tandai dengan keberangkatan dirinya dengan kedua orang tuannya ke tanah suci mekkah untuk menunaikan ibadah haji.
5. Muhammad Supriadi
Muhammad Supriadi, lahir pada 23 Mei 2002 di Rungkut, Surabaya, merupakan salah satu dari seorang atlet yang berhasil mengatasi keterbatasan ekonomi untuk meraih kesuksesan di dunia sepak bola.
Muhammad Supriadi berasal dari keluarga sederhana; ibunya, Kalsum, berjualan es teh dan nasi di pinggir lapangan tempat Muhammad Supriadi biasa berlatih sepak bola.
Sejak kecil, Muhammad Supriadi menunjukkan minat besar terhadap sepak bola, sering kali bermain tanpa alas kaki di lapangan dekat tempat ibunya berjualan.
Melihat bakatnya, pelatih lokal dari Rungkut FC mengajaknya bergabung, meskipun saat itu Muhammad Supriadi masih sangat muda.
Perjalanan kariernya tidaklah mudah, ayahnya sempat meragukan pilihannya menjadi pesepak bola karena alasan ekonomi.
Ibunya tetap mendukung penuh, bahkan rela berhutang untuk membiayai keikutsertaan Supriadi dalam turnamen sepak bola.
Namun, Muhammad Supriadi pernah mengalami penipuan oleh seseorang yang mengaku sebagai pencari bakat.
Dalam kisahnya, Muhammad Supriadi diminta menyetorkan uang sebesar Rp1,8 juta dengan janji akan diorbitkan menjadi pemain profesional di Jakarta.
Namun, setelah tiba di ibu kota, janji tersebut tidak terealisasi, dan Muhammad Supriadi justru ditelantarkan tanpa dukungan.
Akibatnya, Muhammad Supriadi harus menjual sepatu dan bajunya untuk bertahan hidup di Jakarta.
Beruntung, seorang teman mengajaknya bergabung dengan Sekolah Sepak Bola (SSB) Bina Taruna, yang menjadi titik balik dalam karier sepak bolanya.
Kerja keras dan dedikasinya membuahkan hasil ketika Muhammad Supriadi dipanggil untuk memperkuat Timnas Indonesia U-16 dan berhasil mencetak gol penting dalam turnamen AFF U-16 2018. (fun/apr)