Dari Blended Finance hingga Carbon Credit, Ini Cara Bank DBS Indonesia Dorong Keuangan Berkelanjutan
Jadi motor transformasi menuju ekonomi rendah karbon
SUSTAINABILITY FORUM - Bank DBS Indonesia melihat bahwa jalan menuju net zero tidak bisa dicapai dengan cara lama. Dunia butuh inovasi keuangan yang mampu menjembatani kebutuhan bisnis dan target keberlanjutan/ HO to Avnmedia.id
AVNMEDIA.ID - Di tengah krisis iklim dan perubahan ekonomi global, sektor keuangan kini memegang peran penting dalam mempercepat transisi menuju masa depan yang lebih berkelanjutan.
Bagi Bank DBS Indonesia, keberlanjutan bukan lagi sekadar komitmen moral, melainkan strategi bisnis jangka panjang untuk menciptakan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan.
Chief Sustainability Officer Bank DBS, Helge Muenkel, menyebut bahwa dunia kini sedang menghadapi kenyataan baru.
Suhu bumi meningkat, pola cuaca tak menentu, dan sumber daya alam makin terbatas.
Karena itu, sistem keuangan harus beradaptasi dan berperan aktif dalam membangun ekonomi rendah karbon.
“Krisis iklim tidak bisa diselesaikan tanpa mengatasi hilangnya keanekaragaman hayati. Dampaknya sudah terasa secara finansial — dari rantai pasok yang terganggu hingga turunnya hasil pertanian. Karena itu, pembiayaan berkelanjutan bukan lagi tren, tapi kebutuhan mendesak untuk menjaga ketahanan bisnis dan stabilitas ekonomi,” ujar Helge dalam keterangan diterima redaksi Avnmedia.id.
Inovasi Keuangan Jadi Penggerak Transisi Hijau
Bank DBS Indonesia melihat bahwa jalan menuju net zero tidak bisa dicapai dengan cara lama.
Dunia butuh inovasi keuangan yang mampu menjembatani kebutuhan bisnis dan target keberlanjutan.
Salah satu langkah besar DBS Group adalah mendirikan Climate Impact X (CIX) — bursa karbon global hasil kolaborasi dengan Temasek, Singapore Exchange, dan Standard Chartered.
CIX berfungsi sebagai platform transparan untuk perdagangan carbon credit berkualitas tinggi, yang membantu menyalurkan dana ke proyek-proyek lingkungan nyata seperti konservasi hutan dan restorasi ekosistem.
Selain itu, DBS juga mulai mengembangkan transition credit, mekanisme pembiayaan bagi perusahaan yang masih dalam proses menuju operasional rendah emisi.
Pendekatan ini disebut Helge sebagai “pembiayaan realistis”, karena memahami bahwa transisi menuju keberlanjutan adalah proses bertahap.
Bisnis Berkelanjutan Adalah Bisnis yang Tangguh
Bagi Bank DBS Indonesia, keberlanjutan bukan sekadar citra hijau.
Data dari Corporate Governance Institute menunjukkan bahwa perusahaan dengan praktik Environmental, Social, and Governance (ESG) yang baik cenderung memiliki risiko operasional lebih rendah dan loyalitas pelanggan lebih tinggi.
Helge menegaskan bahwa kini tidak ada lagi kompromi antara imbal hasil dan keberlanjutan.
“Kalau kita percaya perubahan iklim adalah megatren, maka mengintegrasikan aspek keberlanjutan ke dalam strategi bisnis justru akan membuat perusahaan lebih kuat dalam jangka panjang,” katanya.
Alam Adalah Aset Ekonomi
Helge juga menyoroti pentingnya Nature-Based Solutions (NBS) atau pembiayaan berbasis alam.
Berdasarkan laporan PwC, lebih dari 55% PDB global bergantung pada alam.
Namun, kurang dari 1% perusahaan memahami sejauh mana operasi mereka bergantung pada ekosistem.
Indonesia, dengan 20% hutan mangrove dunia, memiliki potensi besar untuk mengubah aset alam menjadi mesin ekonomi hijau.
Proyek seperti restorasi mangrove dan rehabilitasi lahan gambut bukan hanya menyerap karbon, tapi juga melindungi kawasan pesisir dan menciptakan peluang ekonomi baru bagi masyarakat lokal.
Kolaborasi Jadi Kunci
Transisi menuju ekonomi hijau tidak bisa dilakukan sendirian.
Bank DBS Indonesia percaya bahwa kolaborasi lintas sektor adalah kunci untuk mempercepat perubahan.
Salah satu contohnya adalah skema blended finance bersama Karian Water Services, Asian Development Bank (ADB), dan International Finance Corporation (IFC).
Proyek ini berhasil menyediakan air bersih bagi lebih dari dua juta warga di Jakarta, Tangerang, dan Tangerang Selatan — menjadi implementasi pertama blended finance di sektor air Indonesia.
Model seperti ini membuktikan bahwa kerja sama antara pemerintah, lembaga keuangan, dan sektor swasta mampu membuka akses pembiayaan untuk proyek-proyek berkelanjutan yang sebelumnya sulit dijalankan.
Komitmen Bank DBS Indonesia untuk Masa Depan
Sebagai bagian dari strategi globalnya, DBS Group meluncurkan panduan dekarbonisasi bertajuk “Our Path to Net Zero”, yang menargetkan sembilan sektor utama seperti energi, otomotif, dan pertanian.
Di Indonesia, komitmen ini diwujudkan melalui pembentukan Indonesia Sustainability Council (ISC) — dewan khusus yang mengarahkan strategi dan aksi keberlanjutan Bank DBS Indonesia agar sejalan dengan kebijakan global.
Salah satu langkah nyatanya adalah peran Bank DBS Indonesia sebagai koordinator ESG dalam penerbitan obligasi sosial oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI).
Inisiatif ini menjadi bukti nyata bagaimana sektor keuangan bisa memperkuat praktik bisnis yang lebih bertanggung jawab sekaligus memperluas akses ke pembiayaan hijau.
“Kami ingin menjadi bagian dari solusi. Melalui inovasi keuangan, kolaborasi, dan komitmen jangka panjang, kami berupaya mewujudkan visi menjadi Best Bank for a Better World,” tutup Helge. (jas)



