BACKHOME Resmi Buka Toko Pertama di Bintaro Xchange Mall: Tawarkan Konsep Fast Retail untuk Hunian Modern

Hadirkan Nuansa “It’s Not a House, It’s Home”

FAST RETAIL - Brand retail gaya hidup BACKHOME resmi membuka toko pertamanya di Bintaro Xchange Mall, Tangerang/ HO to Avnmedia.id

AVNMEDIA.ID -  Brand retail gaya hidup BACKHOME resmi membuka toko pertamanya di Bintaro Xchange Mall, Tangerang.

Dengan mengusung tema “It’s not a house, it’s home”, BACKHOME menghadirkan pengalaman belanja interaktif yang menginspirasi masyarakat dalam menata hunian agar terasa lebih nyaman, fungsional, dan penuh karakter.

Sebagai pemain baru di industri home & lifestyle, BACKHOME hadir dengan konsep Fast Retail — menghadirkan produk-produk baru setiap musim.

Konsep ini menjadikan BACKHOME sebagai destinasi utama bagi masyarakat yang ingin selalu menemukan inspirasi segar dalam menciptakan rumah impian mereka.

“Kami percaya rumah bukan sekadar tempat tinggal, tapi tempat di mana kenyamanan dan kemudahan berpadu,” ujar Romi Gunawan, CEO PT Niaga Warna Persada.

“Melalui konsep Fast Retail, kami ingin menghadirkan pengalaman belanja yang selalu relevan dengan tren dan gaya hidup modern," lanjutnya.

Desain Interior Modern dan Estetik, Ciptakan Pengalaman Belanja yang Nyaman

Interior toko BACKHOME dirancang dengan nuansa modern dan fungsional, memadukan dominasi warna putih dengan elemen kayu alami untuk menghadirkan kesan hangat dan elegan.

Tata ruang yang terbuka serta pencahayaan lembut menjadikan setiap produk tampil menonjol.

Toko ini dibagi dalam beberapa area utama yang terorganisir rapi, meliputi:

Related News
Recent News
image
Business Ekspor BYD Meledak 2025: Kendaraan Listrik Kuasai Brasil, Eropa, dan Asia
by Adrian Jasman2025-12-24 14:10:45

Ekspor BYD tembus 878 ribu unit hingga November 2025 dan berpeluang capai 1 juta kendaraan tahun ini

image
Business Bela Produk Lokal, China Terapkan Tarif Impor Hingga 42,7 Persen untuk Produk Susu Uni Eropa!
by Adrian Jasman2025-12-23 23:45:01

China terapkan tarif sementara hingga 42,7% untuk produk susu Uni Eropa akibat dugaan subsidi.