Yang Patut Disimak soal Puluhan Dealer BYD Tutup di China, Shandong Qiancheng Holdings Co Itu Beda Perusahaan?

DEALER - Shandong Qiancheng Holdings Co., Ltd, jaringan dealer utama BYD di Provinsi Shandong, tengah dilanda krisis operasional/ Carnewschina
AVNMEDIA.ID - Sebuah jaringan dealer besar dan penting yang menjual mobil BYD di wilayah timur Tiongkok tiba-tiba kolaps.
Perlu diketahui, jaringan dealer ini merupakan perusahaan yang sepenuhnya terpisah dari BYD. Kini, kedua belah pihak saling menyalahkan atas krisis ini.
Perusahaan yang dimaksud adalah Shandong Qiancheng Holdings Co., Ltd, jaringan utama penjualan BYD di Provinsi Shandong sejak 2014.
Bahkan, pendiri sekaligus CEO BYD, Wang Chuanfu, sempat mengunjungi kantor pusat Qiancheng di Jinan pada April 2024.
Namun sejak April 2025, sejumlah lokasi dealer mulai tutup secara mendadak dan tidak lagi merespons pelanggan.
Menurut laporan CarNewsChina, lebih dari 20 dealer “Qian”-branded (merek Qian) di provinsi tersebut tiba-tiba menutup atau menghentikan operasinya. Showroom kosong, layanan berhenti, dan pelanggan tak tahu harus mengadu ke siapa.
Salah satu dealer yang tutup adalah showroom Jinan Qiansheng yang dulu disebut sebagai “dealer flagship BYD terbesar di Tiongkok Raya”. Kini, showroom tersebut masih buka tapi hanya dioperasikan oleh dua orang staf.
Bukan Perusahaan Sama
Perlu diketahui bahwa Shandong Qiancheng Holdings Co., Ltd adalah jaringan dealer independen yang bekerja sama dengan BYD sebagai distributor resmi mobil BYD di Provinsi Shandong, tetapi bukan anak usaha maupun bagian dari struktur kepemilikan BYD.
Artinya, meskipun menjual produk BYD dan mungkin menggunakan branding BYD di dealer mereka (misalnya showroom “flagship BYD”), Qiancheng tetap merupakan entitas bisnis tersendiri yang bertanggung jawab atas keuangan, manajemen, dan operasional mereka sendiri.
Hal ini juga yang menjadi dasar pernyataan BYD ketika menanggapi kasus kebangkrutan Qiancheng—mereka menyatakan bahwa masalah keuangan Qiancheng adalah akibat manajemen internal dan ekspansi yang tidak terkendali, bukan karena kebijakan BYD.
Jadi, dalam kasus ini bisa dipahami bahwa BYD = produsen mobil, sementara Qiancheng = pihak ketiga (dealer) yang menjual produk BYD di wilayah tertentu.
BYD dan Qiancheng Saling Menyalahkan
Pihak Qiancheng menyalahkan kebijakan BYD dan kondisi pasar.
Mereka menyebut krisis keuangan terjadi akibat “rantai permodalan yang putus” dan perubahan kebijakan dealer BYD dalam dua tahun terakhir yang membuat arus kas mereka terganggu. Qiancheng juga menyoroti sulitnya mendapat pembiayaan dari bank karena sikap perbankan yang semakin konservatif.
Namun, BYD membantah tudingan tersebut.
“Kebijakan kami terhadap para dealer konsisten dan stabil dalam beberapa tahun terakhir,” kata pihak BYD, melansir Carnewschina.
Mereka menuding kegagalan manajemen internal Qiancheng sebagai penyebab utama kebangkrutan.
“Grup dealer ini mengalami masalah keuangan karena ekspansi besar-besaran yang terlalu cepat dan dibiayai utang.”
Singkatnya, ini adalah situasi saling tuding antara dua pihak. (jas)