AVNMEDIA.ID - Desa Kerta Buana di Kecamatan Tenggarong Seberang, Kutai Kartanegara (Kukar), Kalimantan Timur, tengah bersiap menapaki peran baru sebagai destinasi wisata religi budaya.

Dengan atmosfer khas Bali yang kental, desa ini menjadi simbol pelestarian adat Hindu Bali di luar Pulau Dewata.

Desa Bali di Tengah Kalimantan Timur

Siapa sangka, di balik perbukitan hijau dan hamparan sawah Tenggarong Seberang, tersembunyi sebuah komunitas Bali yang hidup harmonis dan lestari.

Desa Kerta Buana bukan hanya tempat tinggal, tetapi juga ruang hidup bagi budaya Bali yang berkembang di luar tanah asalnya.

Dari upacara Ngaben, perayaan Nyepi, hingga tradisi ogoh-ogoh, seluruh prosesi adat Bali dijalankan secara rutin dan menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat Kerta Buana.

“Kami ingin menghadirkan pengalaman budaya dan spiritual Bali di Kalimantan Timur,” ungkap Kepala Desa Kerta Buana, I Dewa Ketut Adi Basuki, Rabu (9/7/2025).

Jalur Wisata Religi: Dari Muara Kaman ke Kerta Buana

Melihat tingginya minat wisatawan, terutama umat Hindu yang berziarah ke situs sejarah di Muara Kaman, warga Kerta Buana menangkap peluang untuk mengembangkan konsep wisata terpadu.

Gagasannya sederhana namun kuat: menghubungkan ziarah spiritual di Muara Kaman dengan pengalaman budaya Bali di Kerta Buana.

“Dengan sinergi antarwilayah seperti Tenggarong dan Muara Kaman, kita bisa ciptakan satu rute wisata religi yang saling terintegrasi,” jelas Dewa.

Hal ini diharapkan tidak hanya memperkaya pengalaman wisatawan, tetapi juga meningkatkan potensi ekonomi dan daya tarik Kukar sebagai tujuan wisata budaya di Kalimantan Timur.

Kekuatan Komunitas Jadi Modal Utama

Keunggulan utama Desa Kerta Buana terletak pada kekompakan komunitas adat Bali yang hidup di dalamnya.

Dari generasi ke generasi, tradisi tetap dijaga utuh—baik dalam bentuk ritual, seni, maupun nilai hidup.

Menurut Dewa, kekuatan masyarakat menjadi pondasi kokoh untuk mewujudkan visi jangka panjang menjadikan Kerta Buana sebagai ikon budaya Bali di luar Bali.

“Kami yakin, jika dikelola serius dan profesional, desa ini bisa berperan besar dalam melestarikan budaya sekaligus mendorong ekonomi lokal,” ujarnya.

Namun demikian, ia menyadari pentingnya dukungan lintas sektor agar cita-cita ini tercapai. Keterlibatan pemerintah daerah, pihak swasta, serta kolaborasi antarwarga dianggap krusial.

“Harapannya, semua pihak bisa bergerak bersama. Karena manfaat dari wisata religi ini akan dirasakan bukan hanya oleh desa, tapi oleh daerah secara keseluruhan,” tutupnya. (adv)