Tragedi Tumpahan Minyak Deepwater Horizon: Bencana Lingkungan Terburuk di Amerika Serikat

DEEPWATER HORIZON - Ledakan ini memicu tumpahan minyak selama 87 hari yang menyemburkan sekitar 3,19 juta barel, atau hampir 134 juta galon minyak mentah ke laut/ Yourstory
AVNMEDIA.ID - Pada 20 April 2010, anjungan minyak Deepwater Horizon meledak di lepas pantai Teluk Meksiko, menewaskan 11 orang dan melukai 17 lainnya.
Ledakan ini memicu tumpahan minyak selama 87 hari yang menyemburkan sekitar 3,19 juta barel, atau hampir 134 juta galon minyak mentah ke laut.
Tumpahan minyak ini mencemari garis pantai lima negara bagian — Florida, Alabama, Mississippi, Louisiana, dan Texas — serta memicu krisis lingkungan dan hukum yang berlangsung hingga enam tahun.
Meskipun sumur minyak berhasil ditutup tiga bulan kemudian setelah mendapat perhatian media selama 24 jam nonstop, dampaknya masih terasa lama.
Ekonomi pesisir terganggu, ekosistem laut rusak parah, dan ribuan hewan liar mati. Diperkirakan, sekitar 105.400 burung laut, 7.600 penyu dewasa, dan 160.000 penyu muda tewas. Di Teluk Barataria, Louisiana, populasi lumba-lumba menurun hingga 51 persen.
Salah satu spesies yang terdampak adalah penyu Kemp’s Ridley, yang harus dibersihkan dari minyak oleh tim dokter hewan dari NOAA.
Selain itu, sekitar 4 hingga 8,3 miliar tiram dewasa hilang dari perairan, mengakibatkan kerugian besar bagi industri perikanan. Kerusakan terjadi dari pantai dan rawa hingga ke dasar laut, mematikan karang dan mengganggu siklus reproduksi ikan-ikan besar seperti tuna sirip biru. Hingga kini, dampak terhadap kesehatan masyarakat pesisir dan para pekerja pembersih masih terus diteliti.
Gugatan Lingkungan Terbesar dalam Sejarah
Insiden ini berubah menjadi mimpi buruk dalam hal ekonomi, politik, sains, dan hukum.
Puncaknya terjadi pada 4 April 2016, saat seorang hakim federal menyetujui penyelesaian gugatan lingkungan terbesar dalam sejarah Amerika Serikat, senilai $20,8 miliar (sekitar Rp330 triliun).
Penyelesaian ini mengakhiri semua tuntutan hukum perdata dan pidana terhadap perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam operasi rig, termasuk British Petroleum (BP), Anadarko, TransOcean, dan Halliburton. Dana tersebut juga mencakup ganti rugi ekonomi bagi lima negara bagian pesisir dan pemerintah daerah yang terdampak.
RESTORE Act: Upaya Pemulihan Teluk Meksiko Usai Tumpahan Minyak Deepwater Horizon
Setelah tragedi tumpahan minyak Deepwater Horizon, Kongres AS mengesahkan RESTORE Act pada tahun 2012. Undang-undang ini mengatur bahwa 80 persen dari seluruh denda perdata dan administratif yang dibayarkan oleh pihak yang bertanggung jawab harus digunakan untuk memulihkan kondisi ekologi dan ekonomi di kawasan Teluk Meksiko.
Dari dana tersebut, sebesar $5,3 miliar dialokasikan ke dalam Gulf Coast Ecosystem Restoration Trust Fund (Dana Amanah Pemulihan Ekosistem Pesisir Teluk), yang dibagi ke dalam lima prioritas pendanaan utama yang biasa disebut sebagai “keranjang dana” atau funding buckets
Sisa dana sebesar 20 persen, atau sekitar $1,33 miliar, disalurkan ke Oil Spill Liability Trust Fund.
Dana ini merupakan cadangan pemerintah yang dibentuk pada 1986 untuk mendukung kegiatan pembersihan tumpahan minyak dan menilai dampak lingkungan yang ditimbulkannya.
Kasus Pidana Deepwater Horizon: Denda Terbesar dalam Sejarah AS
Kasus pidana terkait tumpahan minyak Deepwater Horizon juga diproses di bawah Undang-Undang Air Bersih (Clean Water Act), dan menghasilkan denda pidana terbesar terhadap satu perusahaan dalam sejarah Amerika Serikat.
Pada tahun 2012, BP mengaku bersalah atas 14 dakwaan kejahatan berat (felony) dan dijatuhi denda pidana sebesar $4 miliar (sekitar Rp63 triliun). Setengah dari jumlah tersebut langsung dialokasikan untuk pemulihan kawasan Teluk Meksiko.
Kemudian, pada Januari 2013, perusahaan pengeboran Transocean juga mengaku bersalah atas tuduhan pidana. Mereka dijatuhi denda sebesar $300 juta, yang turut digunakan untuk program restorasi lingkungan Teluk dan peningkatan pelatihan penanganan tumpahan minyak.
Denda dari kedua kasus pidana ini dikelola oleh dua lembaga utama:
1. National Academy of Sciences (NAS)
Menerima dana $500 juta untuk membentuk Gulf Research Program, sebuah inisiatif jangka panjang selama 30 tahun untuk mendukung masyarakat dan ekosistem di wilayah Teluk. Program ini juga fokus pada peningkatan keselamatan sistem perminyakan, kesehatan masyarakat, dan perlindungan lingkungan.
2. National Fish and Wildlife Foundation (NFWF)
Menerima dana sebesar $2,544 miliar untuk program Gulf Environmental Benefit Fund. Dana ini digunakan untuk:
Membangun atau memulihkan pulau-pulau penghalang di lepas pantai Louisiana.
Mendanai proyek-proyek pengalihan aliran sungai Mississippi dan Atchafalaya guna menjaga dan merehabilitasi habitat pesisir.
Sisa dananya dialokasikan ke empat negara bagian Teluk lainnya:
Florida, Alabama, dan Mississippi masing-masing mendapat 28 persen.
Texas menerima 16 persen.
Semua dana ini bertujuan untuk memulihkan sumber daya alam di pesisir Teluk dan mengurangi risiko kerusakan lingkungan di masa depan.
Rencana Pemulihan Ekosistem Teluk Meksiko
Setelah bencana tumpahan minyak Deepwater Horizon, pemerintah negara bagian dan federal Amerika Serikat melakukan studi ilmiah besar-besaran untuk menilai dampak lingkungan yang ditimbulkan. Hasil studi ini dijadikan dasar untuk menyusun rencana pemulihan ekosistem Teluk Meksiko secara menyeluruh dan berbasis sains.
Rencana pemulihan ini didanai melalui kesepakatan hukum dengan BP, di mana perusahaan tersebut setuju membayar hingga $8,8 miliar sebagai kompensasi atas kerusakan sumber daya alam.
Lembaga yang Terlibat
Rencana awal disusun oleh NOAA (Badan Kelautan dan Atmosfer AS) bersama U.S. Fish and Wildlife Service dan Deepwater Horizon Trustee Council – sebuah badan gabungan antara pemerintah federal, negara bagian, dan suku adat. Tugas utama mereka adalah menilai dampak lingkungan dari tumpahan minyak dan memperkirakan biaya yang dibutuhkan untuk memperbaiki kerusakan tersebut.
Salah satu temuan penting adalah dampak serius pada lumba-lumba hidung botol (bottlenose dolphin). Mereka harus berenang di perairan yang tercemar minyak, yang menyebabkan gangguan kesehatan dan masalah reproduksi—sebagian di antaranya masih diteliti hingga sekarang.
(jas)
Source: NOAA